VIVAnews - Terpidana mati kasus penyelundupan narkotika asal Australia, Scott Rush membuat heboh Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali.
Secara sembunyi-sembunyi, Rush menjalani ritual sunat. Menurut pejabat Lapas Kerobokan, anggota komplotan Bali Nine itu disunat jumat lalu di area tahanan muslim.
Dokter dan penjaga penjara tak mengetahui hal itu, hingga akhir pekan lalu. Merekka marah karena proses sunat itu melibatkan seseorang yang tidak punya kewenangan untuk menyunat.
Staf penjara telah menanyai motif Rush melakukan sunat -- dan menanyakan apakah dia telah masuk Islam. Sebab, Rush diketahui beragama Katolik dan berasal dari keluarga yang taat.
Rush bahkan pergi menghadiri misa di dalam lingkungan penjara minggu lalu.
Menurut kepala pendidikan dan rehabilitasi narapidana, Anang, Rush mengaku saat ini dia sedang mempelajari Islam.
"Jawabannya membingungkan," kata Anang, seperti dimuat laman Perth Now, Selasa 11 Mei 2010.
Sementara, dokter Lapas Kerobokan, Agung Hartawan mengaku bersyukur, sunat yang dilakukan Rush tidak membahayakan pria asal Australia itu, pendarahan juga tak terjadi di bekas sunatnya.
Hartawan juga sempat menanyakan apakah Rush sudah berpindah agama ke Islam. Jawabnya, "saya sedang mempelajari Islam," kata Hartawan, menirukan perkataan Rush.
Ketika ditanya lebih lanjut apakah orang tuanya mengetahui Rush telah disunat, dia hanya menjawab, "Ini adalah hak saya. Saya hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam. Saya ingin mempelajari Islam," kata Rush.
Bersama dua anggota komplotan Bali Nine lainnya, Andrew Chan, Myuran Sukumaran sedang menunggu eksekusi mati. Namun, kejaksaan masih menunggu keluarnya fatwa hukuman mati dari Mahkamah Agung.
sesungguhnya yang melakukan sunat terhadap scott bukanlah orang yang tidak berkompeten untuk menyunat...yang melakukan adalah dr chalwan yg sudah lama sekali bergelut khusus di bidang sunat....hanya saja saat mengantar dr chalwan ke penjara untuk melakukan sunat ada beberapa orang pengantar yg memang bukan medis atau paramedis, mereka adalah ustadz...dan scott rush sudah masuk islam seminggu sebelum di sunat...para petugas penjara termasuk dokter yg bertugas di sana mengira mereka yg menyunat...padahal mereka hanya mengantar saja....
semoga info ini bisa menjelaskan dan meluruskan berita yang ada....
Selamat datang di RUMAH SUNAT AL IKHWAH BALI
"Jadikan hidup anda lebih bersih dan sehat"
Rumah Sunat Al Ikhwah Bali (circumcision specialistic in Denpasar Bali dengan hipnoanestesi)
Rumah Sunat Al Ikhwah berdiri pada bulan juli 2006 dan sampai sekarang masih berkhidmad di dalam pelayanan jasa khitan untuk wilayah Bali dan sekitarnya, bahkan pasien yang datang sampai dari makasar, irian jaya, kupang, lombok, jogjakarta, banyuwangi, jember, jakarta, medan dan surabaya. usia pasien yang di layani di RSAI sangat bervariatif, dari umur 0 tahun sampai 90 tahun sering di tangani, tentunya dalam masalah khitan ini tidak ada kata terlambat, umur berapapun bisa dan tidak ada permasalahan. dokter yang bertugas di RSAI adalah dokter yang khusus menangani khitan atau sunat (spesialistik di bidang sunat/khitan), sehingga dari segi pengalaman dan kualitas sudah tidak di ragukan lagi. Yang terbaru adalah kombinasi antara hipnosis sederhana dan anestesi dengan minimal rasa sakit "HIPNOANESTESI", dengan metode bius ini sunat menjadi semakin nyaman dan benar2 bisa tanpa rasa sakit atau minimal sekali rasa sakit (pada anak-anak yang sudah siap sunat secara psikologis). kedepan RSAI akan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan berbagai metode yang lebih canggih, cepat dan tepat untuk khitan atau sunat.
Minggu, 16 Mei 2010
Bertambah Lagi Manfaat Sunat Laki-laki
Bertambah Lagi Manfaat Sunat Laki-laki
Manfaat sunat pada pria makin bertambah lagi. Selain bisa mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks heteroseksual, pria yang disunat juga jauh dari risiko terkena virus human pappiloma virus (HPV) yang menjadi penyebab penyakit kelamin.
HPV adalah virus yang sangat umum dan terdiri lebih dari 100 strain yang sebagian besar menyebabkan kutil kelamin (genital warts). Infeksi beberapa jenis HPV yang menetap dapat menyebabkan kanker.
HPV juga adalah penyebab utama kanker serviks pada perempuan dan juga kanker penis serta kanker dubur. Sedangkan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi ini pada beberapa orang.
"Orang yang terinfeksi HIV seringkali juga menderita infeksi HPV dan karena sistem kekebalan tubuhnya rendah menjadi sangat rentan mengembangkan HPV yang terkait dengan kanker," ujar Prof Dr Ronald H. Gray dari Johns Hopkins University School of Public Health di Baltimore, seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/4/2010).
Studi terkini yang dilaporkan dalam Journal of Infectious Diseases, menemukan bahwa sunat dapat menurunkan tingkat infeksi HPV penyebab kanker sebesar 33 persen pada laki-laki yang HIV-negatif dan sebesar 23 persen pada laki-laki yang HIV-positif. Hasil ini setelah masing-masing dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disunat.
Penelitian ini melibatkan 210 laki-laki yang HIV-positif dan 840 laki-laki yang HIV-negatif dengan usia antara 15-49 tahun. Selain dapat mengurangi risiko infeksi HPV, sunat juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang membuat seseorang terhindar dari infeksi.
Info: www.sehat.tk
Manfaat sunat pada pria makin bertambah lagi. Selain bisa mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks heteroseksual, pria yang disunat juga jauh dari risiko terkena virus human pappiloma virus (HPV) yang menjadi penyebab penyakit kelamin.
HPV adalah virus yang sangat umum dan terdiri lebih dari 100 strain yang sebagian besar menyebabkan kutil kelamin (genital warts). Infeksi beberapa jenis HPV yang menetap dapat menyebabkan kanker.
HPV juga adalah penyebab utama kanker serviks pada perempuan dan juga kanker penis serta kanker dubur. Sedangkan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi ini pada beberapa orang.
"Orang yang terinfeksi HIV seringkali juga menderita infeksi HPV dan karena sistem kekebalan tubuhnya rendah menjadi sangat rentan mengembangkan HPV yang terkait dengan kanker," ujar Prof Dr Ronald H. Gray dari Johns Hopkins University School of Public Health di Baltimore, seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/4/2010).
Studi terkini yang dilaporkan dalam Journal of Infectious Diseases, menemukan bahwa sunat dapat menurunkan tingkat infeksi HPV penyebab kanker sebesar 33 persen pada laki-laki yang HIV-negatif dan sebesar 23 persen pada laki-laki yang HIV-positif. Hasil ini setelah masing-masing dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disunat.
Penelitian ini melibatkan 210 laki-laki yang HIV-positif dan 840 laki-laki yang HIV-negatif dengan usia antara 15-49 tahun. Selain dapat mengurangi risiko infeksi HPV, sunat juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang membuat seseorang terhindar dari infeksi.
Info: www.sehat.tk
Sabtu, 30 Januari 2010
Sunat Kurangi Resiko Penyakit Seks Menular
Sunat Kurangi Resiko Penyakit Seks Menular
Lihat Gambar
BERI KOMENTAR CETAK ARTIKEL INI DAFTAR MAILING LIST KIRIM KE TEMAN KOMENTAR FANS HUGH JACKMAN
Rabu, 08 November 2006 11:11
KapanLagi.com - Pria yang dikhitan terbukti jarang sekali tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibanding mereka yang belum disunat.
Dalam jurnal Pediatrics terbitan November 2006, khitan bisa mengurangi resiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen, yang menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Studi saat ini hanya satu dari sekian studi untuk mengupas lebih jauh tentang topik kontroversial ini. Meskipun berbagai studi mendapati bahwa sunat bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin, hasil tersebut bercampur dengan penyakit lain yang menular melalui hubungan seks (STD).
Academy of Pediatrics, Amerika menyebut bukti tersebut "rumit dan bertentangan", karena itu mereka menyimpulkan bahwa, untuk saat ini, bukti tersebut tak memadai untuk mendukung khitan rutin pada bayi yang baru lahir.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (07/11/06), para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan Christchurch Health and Development Study, yang mencakup kelompok kelahiran anak dari Selandia Baru.
Dalam studi ini pria dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status sunat sebelum usia 15 tahun dan kelompok yang mengalami infeksi menular melalui hubungan seks antara usia 18 dan 25 tahun yang ditentukan melalui sebuah kuisioner.
Sebanyak 356 anak laki yang tak dikhitan memiliki resiko 2,66 kali serangan infeksi yang menular melalui hubungan seks dibandingkan dengan 154 anak laki yang disunat, jelas pemimpin peneliti Dr. David M. Fergusson dan rekan dari Christchurch School of Medicine and Health Sciences.
Selain itu, sebagian besar resiko yang berkurang tersebut tak berubah setelah diperhitungkannya faktor pemicu yang potensial, seperti jumlah pasangan seks dan hubungan seks tanpa pelindung.
Para ilmuwan itu memperkirakan bahwa kalau saja khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan telah dilembagakan, angka infeksi yang menular melalui hubungan seks dalam kelompok saat ini tersebut mungkin telah berkurang setidaknya 48 persen.
Analisis tersebut memperlihatkan manfaat sunat dalam mengurangi resiko infeksi yang menyerang melalui hubungan seks mungkin sangat banyak.
"Masalah kesehatan masyarakat yang diangkat dalam temuan ini jelas melibatkan pertimbangan manfaat jangka panjang bagi khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan dalam mengurangi resiko infeksi di dalam masyarakat, berbanding perkiraan biaya prosedur tersebut," tambah mereka. (rtr/ant/rit)
Lihat Gambar
BERI KOMENTAR CETAK ARTIKEL INI DAFTAR MAILING LIST KIRIM KE TEMAN KOMENTAR FANS HUGH JACKMAN
Rabu, 08 November 2006 11:11
KapanLagi.com - Pria yang dikhitan terbukti jarang sekali tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibanding mereka yang belum disunat.
Dalam jurnal Pediatrics terbitan November 2006, khitan bisa mengurangi resiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen, yang menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Studi saat ini hanya satu dari sekian studi untuk mengupas lebih jauh tentang topik kontroversial ini. Meskipun berbagai studi mendapati bahwa sunat bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin, hasil tersebut bercampur dengan penyakit lain yang menular melalui hubungan seks (STD).
Academy of Pediatrics, Amerika menyebut bukti tersebut "rumit dan bertentangan", karena itu mereka menyimpulkan bahwa, untuk saat ini, bukti tersebut tak memadai untuk mendukung khitan rutin pada bayi yang baru lahir.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (07/11/06), para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan Christchurch Health and Development Study, yang mencakup kelompok kelahiran anak dari Selandia Baru.
Dalam studi ini pria dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status sunat sebelum usia 15 tahun dan kelompok yang mengalami infeksi menular melalui hubungan seks antara usia 18 dan 25 tahun yang ditentukan melalui sebuah kuisioner.
Sebanyak 356 anak laki yang tak dikhitan memiliki resiko 2,66 kali serangan infeksi yang menular melalui hubungan seks dibandingkan dengan 154 anak laki yang disunat, jelas pemimpin peneliti Dr. David M. Fergusson dan rekan dari Christchurch School of Medicine and Health Sciences.
Selain itu, sebagian besar resiko yang berkurang tersebut tak berubah setelah diperhitungkannya faktor pemicu yang potensial, seperti jumlah pasangan seks dan hubungan seks tanpa pelindung.
Para ilmuwan itu memperkirakan bahwa kalau saja khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan telah dilembagakan, angka infeksi yang menular melalui hubungan seks dalam kelompok saat ini tersebut mungkin telah berkurang setidaknya 48 persen.
Analisis tersebut memperlihatkan manfaat sunat dalam mengurangi resiko infeksi yang menyerang melalui hubungan seks mungkin sangat banyak.
"Masalah kesehatan masyarakat yang diangkat dalam temuan ini jelas melibatkan pertimbangan manfaat jangka panjang bagi khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan dalam mengurangi resiko infeksi di dalam masyarakat, berbanding perkiraan biaya prosedur tersebut," tambah mereka. (rtr/ant/rit)
Demi Janda, Muallaf Asal Bali Rela Disunat Umur 47 Tahun
beritajatim.com
Reporter : Harisandi Savari
Pamekasan - Cinta memang butuh pengorbanan. Mungkin itulah kata yang tepat disandangkan pada I Nyoman Buana (47), warga Desa Braban, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.
Pasalnya, demi cintanya pada Farida (35), janda dua anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palenga'an, I Nyoman Buana pergi dari Bali untuk menemui Faridah di Pamekasan pada, Senin (18/5/2009) lalu sekitar Pukul 20.00 malam.
Untuk apa? Ya, pemilik nama baru Muhammad Burhanuddin ini mengaku tak tahan ditinggalkan Faridah selama 4 bulan.
Burhanuddin alias I Nyoman Buana menceritakan, selama di Bali, dirinya tak bisa melupakan kepribadian Faridah yang luar biasa. Yakni, ketaatannya pada sang Kuasa serta kepribadiannya yang sangat halus.
Selama 4 bulan tak bertemu Faridah, lanjut Burhan, dirinya memutuskan menyusul Faridah ke Madura. "Saya akui, Faridah merupakan sosok wanita yang luar biasa. Dia sempurna menurut saya," katanya.
Namun, tak mudah bagi Burhan. Untuk melamar Faridah, oleh Kiai dan tokoh masyarakat setempat diharuskan masuk islam dan melakukan sunat atau khitan. Alasannya, laki-laki yang belum melakukan khitan maka belum suci secara keseluruhan.
"Ya Mas, jika belum dikhitan atau disunat maka saat kencing, masih ada sisa-sisa yang najis," kata KH. Mawardi.
KH. Mawardi yang merupakan pemilik Ponpes Al Karomah, Palenga'an mengatakan, saat pertama kali menemui I Nyoman Buana, dirinya langsung menanyakan pada I Nyoman apakah ada unsur paksaan dalam masuk Islam.
"Untunglah, dia (I Nyoman) mengatakan tidak sama sekali. Dia hanya mengatakan bahwa dari Faridah lah dirinya mengenal Islam. Agama yang baru diketahuinya mengejarkan kelembutan hati," ungkapnya.
Saat itu, lanjut Mawardi, disaksikan tokoh masyarakat, dirinya menjadikan I Nyoman Buana sebagai muallaf. Dan, berganti nama Mohammad Burhanuddin.
Setelah Burhan masuk Islam. Akhirnya, pada Selasa malam (19/5/2009) Pukul 18.00, Burhan dikhitan. Burhan yang bekerja sebagai sopir itu, akhirnya memutuskan untuk selamanya tinggal di Pamekasan.
"Ada yang belum saya pelajari Mas, yaitu Islam. Saya harus bisa mendalami Islam pada Kiai Mawardi. Semoga saja, saya bisa mengaplikasikannya," pungkasnya. [san/kun]
Reporter : Harisandi Savari
Pamekasan - Cinta memang butuh pengorbanan. Mungkin itulah kata yang tepat disandangkan pada I Nyoman Buana (47), warga Desa Braban, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.
Pasalnya, demi cintanya pada Farida (35), janda dua anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palenga'an, I Nyoman Buana pergi dari Bali untuk menemui Faridah di Pamekasan pada, Senin (18/5/2009) lalu sekitar Pukul 20.00 malam.
Untuk apa? Ya, pemilik nama baru Muhammad Burhanuddin ini mengaku tak tahan ditinggalkan Faridah selama 4 bulan.
Burhanuddin alias I Nyoman Buana menceritakan, selama di Bali, dirinya tak bisa melupakan kepribadian Faridah yang luar biasa. Yakni, ketaatannya pada sang Kuasa serta kepribadiannya yang sangat halus.
Selama 4 bulan tak bertemu Faridah, lanjut Burhan, dirinya memutuskan menyusul Faridah ke Madura. "Saya akui, Faridah merupakan sosok wanita yang luar biasa. Dia sempurna menurut saya," katanya.
Namun, tak mudah bagi Burhan. Untuk melamar Faridah, oleh Kiai dan tokoh masyarakat setempat diharuskan masuk islam dan melakukan sunat atau khitan. Alasannya, laki-laki yang belum melakukan khitan maka belum suci secara keseluruhan.
"Ya Mas, jika belum dikhitan atau disunat maka saat kencing, masih ada sisa-sisa yang najis," kata KH. Mawardi.
KH. Mawardi yang merupakan pemilik Ponpes Al Karomah, Palenga'an mengatakan, saat pertama kali menemui I Nyoman Buana, dirinya langsung menanyakan pada I Nyoman apakah ada unsur paksaan dalam masuk Islam.
"Untunglah, dia (I Nyoman) mengatakan tidak sama sekali. Dia hanya mengatakan bahwa dari Faridah lah dirinya mengenal Islam. Agama yang baru diketahuinya mengejarkan kelembutan hati," ungkapnya.
Saat itu, lanjut Mawardi, disaksikan tokoh masyarakat, dirinya menjadikan I Nyoman Buana sebagai muallaf. Dan, berganti nama Mohammad Burhanuddin.
Setelah Burhan masuk Islam. Akhirnya, pada Selasa malam (19/5/2009) Pukul 18.00, Burhan dikhitan. Burhan yang bekerja sebagai sopir itu, akhirnya memutuskan untuk selamanya tinggal di Pamekasan.
"Ada yang belum saya pelajari Mas, yaitu Islam. Saya harus bisa mendalami Islam pada Kiai Mawardi. Semoga saja, saya bisa mengaplikasikannya," pungkasnya. [san/kun]
WHO dan UNAIDS merekomendasikan : Sunat Laki-laki untuk Pencegahan HIV
15 May 2007
WHO dan UNAIDS merekomendasikan : Sunat Laki-laki untuk Pencegahan HIV.
Dari hasil pertemuan di Paris, Geneva , yang diadakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Sekretariat UNAIDS mempertemukan para ahli internasional dalam sebuah konsultasi untuk menentukan apakah sunat laki-laki sebaiknya dianjurkan bagi upaya pencegahan infeksi HIV dalam rangka mengurangi penyakit HIV secara global.
Para ahli yang menghadiri konsultasi tersebut menganjurkan agar sunat laki-laki kini diakui sebagai suatu intervensi penting tambahan yang dapat mengurangi risiko penularan HIV lewat hubungan heteroseksual bagi laki-laki. Konsultasi internasional tersebut diselenggarakan dari 6-8 Maret 2007 di Montreux, Switzerland, dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, termasuk pemerintahan, masyarakat sipil, peneliti, aktivis hak asasi manusia dan kesehatan perempuan, orang muda, lembaga donor dan para mitra pelaksana.
Bukti kuat dari tiga ujicoba terkendali secara acak yang dilakukan di Kisumu, Kenya; Distrik Rakai, Uganda (dibiayai oleh US National Institutes of Health) dan Orange Farm, Afrika Selatan (dibiayai oleh French National Agency for Research on AIDS) bahwa sunat laki-laki mampu mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual pada laki-laki sebesar 60%. Hal ini mendukung berbagai temuan dari penelitian-penelitian observasi yang juga menyiratkan bahwa hubungan geografis yang telah lama digambarkan antara prevalensi HIV yang lebih rendah dan tingkat sunat laki-laki yang lebih tinggi dalam beberapa negara di Afrika.
Sunat laki-laki sebaiknya menjadi bagian dari paket komprehensif pencegahan HIV
Sunat laki-laki harus selalu dipertimbangkan sebagai bagian dari paket komprehensif pencegahan HIV, yang termasuk penyediaan pelayanan testing dan konseling HIV (untuk mencegah timbulnya perasaan aman yang keliru dan melakukan perilaku berisiko tinggi sehingga menghambat perlindungan parsial yang didapat dari sunat laki-laki).;pengobatan untuk infeksi menular seksual; promosi praktik-praktik seks aman; serta penyediaan kondom laki-laki dan perempuan dan promosi terhadap cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
�Dapat merekomendasikan metode pencegahan HIV tambahan merupakan langkah yang signifikan menuju pengendalian epidemi ini,� kata Catherine Hankins, Associate Director, Bagian Kebijakan, Bukti dan Kemitraan di UNAIDS. �Namun kita harus jelas: sunat laki-laki tidak memberikan perlindungan menyeluruh terhadap HIV. Laki-laki dan perempuan yang menganggap sunat laki-laki sebagai alat pencegahan HIV harus terus menggunakan berbagai bentuk perlindungan lain seperti kondom laki-laki dan perempuan, menunda debut seksual dan mengurangi jumlah pasangan seksual.�
Pelayanan kesehatan harus diperkuat untuk menyediakan pelayanan berkualitas yang aman
Banyak pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang yang lemah dan kekurangan jumlah profesional kesehatan. Sehingga ada kebutuhan untuk memastikan bahwa pelayanan sunat laki-laki untuk pencegahan HIV tidak mengganggu program-program perawatan kesehatan lainnya, termasuk intervensi HIV/AIDS lainnya. Untuk mengoptimalkan kesempatan yang diberikan dari sunat laki-laki dan memastikan keberlangsungan jangka panjang bagi pelayanan tersebut, sunat laki-laki, sebagaimana mungkin, perlu diintegrasikan dengan pelayanan lain.
Risiko yang dihadapi dari sunat laki-laki secara umum rendah, namun dapat berakibat serius bila sunat dilakukan di tempat yang tidak higienis dan dilakukan oleh penyedia layanan yang tidak ahli, atau dengan peralatan yang tidak memadai. Maka, pelatihan dan sertifikasi bagi penyedia layanan, selain juga program-program monitoring dan evaluasi yang cermat, dibutuhkan bagi tempat-tempat yang menyediakan layanan sunat laki-laki, untuk memastikan bahwa tujuan dari sunat terpenuhi dan pelayanan berkualitas diberikan dengan aman dalam kondisi tersanitasi, dengan peralatan yang memadai dan dengan pelayanan konseling yang tepat.
Sunat laki-laki memiliki konotasi budaya yang kuat sehingga membutuhkan penyediaan layanan dengan cara yang sensitif secara budaya dan yang dapat meminimalisir stigma yang mungkin diasosiasikan dengan status sunat. Negara-negara sebaiknya memastikan bahwa sunat laki-laki disediakan dengan kepatuhan penuh terhadap etika medis dan prinsip-prinsip hak asasi manusia, termasuk persetujuan dengan informasi, kerahasiaan, dan tidak adanya paksaan.
Memaksimalkan manfaat kesehatan masyarakat
Dampak kesehatan masyarakat yang signifikan mungkin akan terjadi begitu pelayanan sunat laki-laki pertama kali diberikan di tempat dimana penularan HIV melalui hubungan hetereseksual tingkatnya tinggi. Sehingga direkomendasikan bagi negara-negara dengan prevalensi tinggi dan epidemi umum HIV heteroseksual yang sekarang memiliki tingkat sunat laki-laki yang rendah untuk dengan segera memutuskan adanya peningkatan terhadap akses pelayanan sunat laki-laki. Manfaat lebih cepat bagi masyarakat akan tercapai bila kelompok usia yang paling tinggi berisiko terkena HIV dapat diprioritaskan, walaupun menyediakan pelayanan sunat laki-laki kepada kelompok usia yang lebih muda akan lebih memberi dampak jangka panjang bagi kesehatan masyarakat. Contoh-contoh yang ada menunjukkan bahwa sunat laki-laki di Afrika sub-Sahara dapat mencegah 5.7 juta kasus infeksi HIV baru dan 3 juta kematian dalam waktu 20 tahun.
Para ahli yang hadir dalam pertemuan menyetujui bahwa sunat laki-laki yang hemat biaya ini dapat diterima sebagai alat pencegahan HIV dan, bila dilihat dari kemungkinan manfaat kesehatan bagi masyarakat untuk memperluas pelayanan sunat laki-laki, negara-negara harus juga mempertimbangkan menyediakan pelayanan tersebut secara gratis, atau dengan harga termurah untuk pasien, seperti juga untuk pelayanan penting lainnya.
Di negara-negara dimana epidemi HIV terkonsentrasi pada kelompok-kelompok populasi tertentu seperti pekerja seks, pengguna napza suntik atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, dampak kesehatan masyarakat dari promosi sunat kepada masyarakat umum akan terbatas. Namun mungkin tetap ada manfaat individu bagi laki-laki berisiko tinggi dari infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menyediakan informasi pengembangan program
Para ahli pada pertemuan tersebut mengidentifikasi beberapa area dimana penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menyediakan informasi untuk pengembangan program-program sunat laki-laki. Hal ini termasuk dampak sunat laki-laki terhadap penularan seksual dari laki-laki HIV positif kepada perempuan, dampak sunat laki-laki terhadap kesehatan perempuan untuk alasan-alasan selain penularan HIV (misalnya tingkat kanker cervix yang lebih rendah), risiko dan manfaat sunat laki-laki bagi laki-laki HIV positif, manfaat perlindungan dari sunat laki-laki dalam homoseksual atau heteroseksual anal intercourse, serta penelitian mengenai sumberdaya yang dibutuhkan, dan yang paling efektif, untuk memperluas kualitas pelayanan sunat laki-laki. Penelitian untuk menentukan apakah ada modifikasi persepsi dan perilaku berisiko jangka panjang untuk laki-laki yang telah sunat untuk pencegahan HIV, dan dalam masyarakat mereka, juga dibutuhkan.
sumber : un.or.id
WHO dan UNAIDS merekomendasikan : Sunat Laki-laki untuk Pencegahan HIV.
Dari hasil pertemuan di Paris, Geneva , yang diadakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Sekretariat UNAIDS mempertemukan para ahli internasional dalam sebuah konsultasi untuk menentukan apakah sunat laki-laki sebaiknya dianjurkan bagi upaya pencegahan infeksi HIV dalam rangka mengurangi penyakit HIV secara global.
Para ahli yang menghadiri konsultasi tersebut menganjurkan agar sunat laki-laki kini diakui sebagai suatu intervensi penting tambahan yang dapat mengurangi risiko penularan HIV lewat hubungan heteroseksual bagi laki-laki. Konsultasi internasional tersebut diselenggarakan dari 6-8 Maret 2007 di Montreux, Switzerland, dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, termasuk pemerintahan, masyarakat sipil, peneliti, aktivis hak asasi manusia dan kesehatan perempuan, orang muda, lembaga donor dan para mitra pelaksana.
Bukti kuat dari tiga ujicoba terkendali secara acak yang dilakukan di Kisumu, Kenya; Distrik Rakai, Uganda (dibiayai oleh US National Institutes of Health) dan Orange Farm, Afrika Selatan (dibiayai oleh French National Agency for Research on AIDS) bahwa sunat laki-laki mampu mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual pada laki-laki sebesar 60%. Hal ini mendukung berbagai temuan dari penelitian-penelitian observasi yang juga menyiratkan bahwa hubungan geografis yang telah lama digambarkan antara prevalensi HIV yang lebih rendah dan tingkat sunat laki-laki yang lebih tinggi dalam beberapa negara di Afrika.
Sunat laki-laki sebaiknya menjadi bagian dari paket komprehensif pencegahan HIV
Sunat laki-laki harus selalu dipertimbangkan sebagai bagian dari paket komprehensif pencegahan HIV, yang termasuk penyediaan pelayanan testing dan konseling HIV (untuk mencegah timbulnya perasaan aman yang keliru dan melakukan perilaku berisiko tinggi sehingga menghambat perlindungan parsial yang didapat dari sunat laki-laki).;pengobatan untuk infeksi menular seksual; promosi praktik-praktik seks aman; serta penyediaan kondom laki-laki dan perempuan dan promosi terhadap cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
�Dapat merekomendasikan metode pencegahan HIV tambahan merupakan langkah yang signifikan menuju pengendalian epidemi ini,� kata Catherine Hankins, Associate Director, Bagian Kebijakan, Bukti dan Kemitraan di UNAIDS. �Namun kita harus jelas: sunat laki-laki tidak memberikan perlindungan menyeluruh terhadap HIV. Laki-laki dan perempuan yang menganggap sunat laki-laki sebagai alat pencegahan HIV harus terus menggunakan berbagai bentuk perlindungan lain seperti kondom laki-laki dan perempuan, menunda debut seksual dan mengurangi jumlah pasangan seksual.�
Pelayanan kesehatan harus diperkuat untuk menyediakan pelayanan berkualitas yang aman
Banyak pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang yang lemah dan kekurangan jumlah profesional kesehatan. Sehingga ada kebutuhan untuk memastikan bahwa pelayanan sunat laki-laki untuk pencegahan HIV tidak mengganggu program-program perawatan kesehatan lainnya, termasuk intervensi HIV/AIDS lainnya. Untuk mengoptimalkan kesempatan yang diberikan dari sunat laki-laki dan memastikan keberlangsungan jangka panjang bagi pelayanan tersebut, sunat laki-laki, sebagaimana mungkin, perlu diintegrasikan dengan pelayanan lain.
Risiko yang dihadapi dari sunat laki-laki secara umum rendah, namun dapat berakibat serius bila sunat dilakukan di tempat yang tidak higienis dan dilakukan oleh penyedia layanan yang tidak ahli, atau dengan peralatan yang tidak memadai. Maka, pelatihan dan sertifikasi bagi penyedia layanan, selain juga program-program monitoring dan evaluasi yang cermat, dibutuhkan bagi tempat-tempat yang menyediakan layanan sunat laki-laki, untuk memastikan bahwa tujuan dari sunat terpenuhi dan pelayanan berkualitas diberikan dengan aman dalam kondisi tersanitasi, dengan peralatan yang memadai dan dengan pelayanan konseling yang tepat.
Sunat laki-laki memiliki konotasi budaya yang kuat sehingga membutuhkan penyediaan layanan dengan cara yang sensitif secara budaya dan yang dapat meminimalisir stigma yang mungkin diasosiasikan dengan status sunat. Negara-negara sebaiknya memastikan bahwa sunat laki-laki disediakan dengan kepatuhan penuh terhadap etika medis dan prinsip-prinsip hak asasi manusia, termasuk persetujuan dengan informasi, kerahasiaan, dan tidak adanya paksaan.
Memaksimalkan manfaat kesehatan masyarakat
Dampak kesehatan masyarakat yang signifikan mungkin akan terjadi begitu pelayanan sunat laki-laki pertama kali diberikan di tempat dimana penularan HIV melalui hubungan hetereseksual tingkatnya tinggi. Sehingga direkomendasikan bagi negara-negara dengan prevalensi tinggi dan epidemi umum HIV heteroseksual yang sekarang memiliki tingkat sunat laki-laki yang rendah untuk dengan segera memutuskan adanya peningkatan terhadap akses pelayanan sunat laki-laki. Manfaat lebih cepat bagi masyarakat akan tercapai bila kelompok usia yang paling tinggi berisiko terkena HIV dapat diprioritaskan, walaupun menyediakan pelayanan sunat laki-laki kepada kelompok usia yang lebih muda akan lebih memberi dampak jangka panjang bagi kesehatan masyarakat. Contoh-contoh yang ada menunjukkan bahwa sunat laki-laki di Afrika sub-Sahara dapat mencegah 5.7 juta kasus infeksi HIV baru dan 3 juta kematian dalam waktu 20 tahun.
Para ahli yang hadir dalam pertemuan menyetujui bahwa sunat laki-laki yang hemat biaya ini dapat diterima sebagai alat pencegahan HIV dan, bila dilihat dari kemungkinan manfaat kesehatan bagi masyarakat untuk memperluas pelayanan sunat laki-laki, negara-negara harus juga mempertimbangkan menyediakan pelayanan tersebut secara gratis, atau dengan harga termurah untuk pasien, seperti juga untuk pelayanan penting lainnya.
Di negara-negara dimana epidemi HIV terkonsentrasi pada kelompok-kelompok populasi tertentu seperti pekerja seks, pengguna napza suntik atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, dampak kesehatan masyarakat dari promosi sunat kepada masyarakat umum akan terbatas. Namun mungkin tetap ada manfaat individu bagi laki-laki berisiko tinggi dari infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menyediakan informasi pengembangan program
Para ahli pada pertemuan tersebut mengidentifikasi beberapa area dimana penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menyediakan informasi untuk pengembangan program-program sunat laki-laki. Hal ini termasuk dampak sunat laki-laki terhadap penularan seksual dari laki-laki HIV positif kepada perempuan, dampak sunat laki-laki terhadap kesehatan perempuan untuk alasan-alasan selain penularan HIV (misalnya tingkat kanker cervix yang lebih rendah), risiko dan manfaat sunat laki-laki bagi laki-laki HIV positif, manfaat perlindungan dari sunat laki-laki dalam homoseksual atau heteroseksual anal intercourse, serta penelitian mengenai sumberdaya yang dibutuhkan, dan yang paling efektif, untuk memperluas kualitas pelayanan sunat laki-laki. Penelitian untuk menentukan apakah ada modifikasi persepsi dan perilaku berisiko jangka panjang untuk laki-laki yang telah sunat untuk pencegahan HIV, dan dalam masyarakat mereka, juga dibutuhkan.
sumber : un.or.id
Rabu, 27 Januari 2010
Pria yang Disunat Lebih Disukai
Minggu, 20/12/2009 15:09 WIB
Pria yang Disunat Lebih Disukai
Nurul Ulfah - detikHealth
img
Ilustrasi ( Foto: mynewsletterbuilder)
Chicago, Studi terbaru melaporkan bahwa wanita merasa lebih puas berhubungan seks dengan pria yang disunat ketimbang dengan pria yang tidak disunat. Kebersihan alat kelamin pria sangat menentukan kepuasan wanita.
Beberapa pakar sebelumnya pernah berasumsi bahwa dengan memangkas kulit kepala penis (menyunat), kenikmatan wanita dalam berhubungan seks menjadi berkurang. Namun peneliti dari Uganda membantahnya dengan membuktikan bahwa para wanita justru merasa puas setelah pasangannya disunat.
Meski demikian, Dr Ronald H Gray mengatakan efek kepuasan tersebut tidak terlalu signifikan, bahkan tidak berpengaruh sama sekali pada pria itu sendiri. Studi dilakukan dengan mewawancara 455 wanita berusia 15 hingga 49 tahun, sebelum dan sesudah suaminya disunat.
Hasilnya, 177 wanita (39,8 persen) mengaku mengalami peningkatan kepuasan seksual setelah suaminya disunat. Sementara itu, hanya 13 wanita (2,9 persen) yang
dilaporkan mengalami penurunan tingkat kepuasan seks.
Alasan utama yang banyak disebutkan wanita yang mengalami tingkat kepuasan seks adalah karena tingkat higienis (kebersihan) yang lebih baik pada pria yang disunat. Alasan lainnya adalah frekuensi orgasme pria maupun wanita yang lebih sering, kemampuan mempertahankan ereksi yang lebih baik dan hasrat seksual pria yang lebih besar.
Studi ini semakin menguatkan bahwa sunat pada pria membawa manfaat yang besar. Sebelumnya peneliti pernah membuktikan bahwa sunat pria mencegah risiko penyebaran HIV. Bahkan di Uganda, Kenya dan Afrika Selatan, penurunan tingkat infeksi HIV dengan teknik sunat bisa mencapai 50 hingga 60 persen.
"Studi ini sangat penting dan unik. Di Afrika timur dan selatan, tingginya prevalensi infeksi HIV berkorelasi dengan rendahnya tingkat penyunatan. Jika kita bisa meningkatkan proporsi pria yang disunat maka prevalensinya akan turun pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Opini wanita tentang kepuasan seksual yang dirasakannya setelah pasangannya disunat juga bisa membantu," kata Dr Robert C Balley dari University of Illnois at Chicago School of Public Health seperti dilansir Health24, Minggu (20/12/2009).
(fah/ir)
Pria yang Disunat Lebih Disukai
Nurul Ulfah - detikHealth
img
Ilustrasi ( Foto: mynewsletterbuilder)
Chicago, Studi terbaru melaporkan bahwa wanita merasa lebih puas berhubungan seks dengan pria yang disunat ketimbang dengan pria yang tidak disunat. Kebersihan alat kelamin pria sangat menentukan kepuasan wanita.
Beberapa pakar sebelumnya pernah berasumsi bahwa dengan memangkas kulit kepala penis (menyunat), kenikmatan wanita dalam berhubungan seks menjadi berkurang. Namun peneliti dari Uganda membantahnya dengan membuktikan bahwa para wanita justru merasa puas setelah pasangannya disunat.
Meski demikian, Dr Ronald H Gray mengatakan efek kepuasan tersebut tidak terlalu signifikan, bahkan tidak berpengaruh sama sekali pada pria itu sendiri. Studi dilakukan dengan mewawancara 455 wanita berusia 15 hingga 49 tahun, sebelum dan sesudah suaminya disunat.
Hasilnya, 177 wanita (39,8 persen) mengaku mengalami peningkatan kepuasan seksual setelah suaminya disunat. Sementara itu, hanya 13 wanita (2,9 persen) yang
dilaporkan mengalami penurunan tingkat kepuasan seks.
Alasan utama yang banyak disebutkan wanita yang mengalami tingkat kepuasan seks adalah karena tingkat higienis (kebersihan) yang lebih baik pada pria yang disunat. Alasan lainnya adalah frekuensi orgasme pria maupun wanita yang lebih sering, kemampuan mempertahankan ereksi yang lebih baik dan hasrat seksual pria yang lebih besar.
Studi ini semakin menguatkan bahwa sunat pada pria membawa manfaat yang besar. Sebelumnya peneliti pernah membuktikan bahwa sunat pria mencegah risiko penyebaran HIV. Bahkan di Uganda, Kenya dan Afrika Selatan, penurunan tingkat infeksi HIV dengan teknik sunat bisa mencapai 50 hingga 60 persen.
"Studi ini sangat penting dan unik. Di Afrika timur dan selatan, tingginya prevalensi infeksi HIV berkorelasi dengan rendahnya tingkat penyunatan. Jika kita bisa meningkatkan proporsi pria yang disunat maka prevalensinya akan turun pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Opini wanita tentang kepuasan seksual yang dirasakannya setelah pasangannya disunat juga bisa membantu," kata Dr Robert C Balley dari University of Illnois at Chicago School of Public Health seperti dilansir Health24, Minggu (20/12/2009).
(fah/ir)
Langganan:
Postingan (Atom)