Pada kesempatan yang berbahagia
ini kami dari Rumah Sunat Al Ikhwah Sesetan Denpasar Bali ingin sedikit
mengulas secara sederhana tentang penggunaan obat antibiotik, antinyeri dan
vitamin setelah di lakukannya tindakan sunat. Pertanyaan mendasar yang muncul
dalam benak kita adalah, apakah perlu sebenarnya pemberian antibiotik antinyeri
dan vitamin pasca tindakan sunat, yang mana tindakan sunat itu sendiri
merupakan salah satu luka yang masuk kriteria luka bersih, dalam artian dari
awal sampai tindakan khitan selesai di lakukan dengan tehnik bersih dan steril
yang meminimalisir adanya kontaminasi dari kuman atau kotoran di sekitar area
sunat atau khitan. Oleh karena itu, perlulah dasar atau alasan mengapa setelah
tindakan sunat pasien di berikan obat antibiotik dan antinyeri dan
kadang-kadang di tambahkan vitamin atau multivitamin.
Sebelum kita membahas lebih
lanjut, maka perlu kami jelaskan apa itu antibiotik antinyeri dan vitamin. Antibiotik
adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi
bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu. Sedangkan antinyeri atau Analgesik
merupakan istilah medis yang digunakan untuk golongan obat yang dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, jadi
analgetik adalah obat penghilang nyeri. Secara umum analgesik dapat digolongkan
menjadi 2 golongan yaitu analgesik non-opioid dan analgesik opioid. Sedangkan vitamin
atau multivitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh.
Yang pertama mari kita bahas
tentang pemberian antibiotik. Pada dasarnya luka sunat atau khitan itu
sendiri karena merupakan luka bersih, tidaklah memerlukan pemberian antibiotik,
dengan syarat kita yakin bahwa di dalam perawatan setelah di lakukannya
tindakan sunat resiko terjadinya infeksi atau kontaminasi kuman pada luka bisa
di minimalisir. Tentunya untuk meniadakan sama sekali adanya resiko tersebut
sangatlah sulit, karena kita tidak bisa melihat ada atau tidaknya kuman,
tau-tau kita sudah terinfeksi, padahal kita sudah sangat berhati-hati dan
menjaga diri kita dari hal-hal yang bisa menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik
itu sendiri memiliki tujuan profilaksis atau pencegahan terhadap resiko
infeksi. Sebagaimana kita ketahui bersama, sunat merupakan tindakan bedah
kecil, akan tetapi sekecil apapun suatu tindakan bedah, akan selalu ada resiko
bermasalah seperti adanya kontaminasi kuman atau infeksi pada luka tersebut,
sehingga mau tidak mau kita harus lebih berhati-hati, apalagi tindakan sunat
atau khitan ini di lakukan pada organ yang sangat penting bagi kaum laki-laki,
jadi wajar kalau kita harus lebih hati-hati dan melakukan tindakan antisipasi. Di
Rumah Sunat Al Ikhwah Sesetan Denpasar Bali, hampir semua pasien setelah sunat di
berikan antibiotik untuk tujuan mencegah terjadinya infeksi pasca sunat atau
khitan. Akan tetapi pada kondisi khusus , misalnya pada bayi , biasanya kami
tidak memberikan antibiotik, karena kami berasumsi bahwa bayi masih terlalu
dini untuk mendapatkan “racun” sekelas antibiotik, dan biasannya proses
pemulihan atau penyembuhan luka pada bayi cenderung lebih cepat di banding
dengan usia yang lebih besar, hal ini bisa di lihat proses pengeringan dan penyembuhan
luka pada pusar bayi yang baru lahir, tanpa di kasih apa-apapun bisa kering dan
sembuh dengan sendirinya dengan begitu cepat . Dan pada kondisi pasien yang
memiliki alergi dengan antibiotik, dan tidak tahu antibiotik jenis apa yang
menyebabkan, maka kami berhati-hati untuk lebih baik tidak memberikan obat
antibiotik, karena apabila tetap kita berikan antibiotik , dan terjadi reaksi
alergi, maka akan bisa timbul reaksi yang “berbahaya” dalam kondisi tertentu,
tidak sekadar hanya gatal-gatal di seluruh tubuh, akan tetapi lebih dari itu,
dan itulah yang kami takutkan dan benar-benar ingin kami hindari. Pemberian antibiotik
pada pasien sunat itu sendiri tidak lebih dari 3 hari. Sebagaimana mekanisme
dari penyembuhan luka, kurang lebih di atas 48 jam luka akan di penuhi oleh
sel-sel pertahanan tubuh yaitu pasukan dari sel darah putih, sehingga di hari
ke tiga ke atas luka sudah lebih tahan terhadap serangan kuman dari luar dan
resiko infeksi menjadi jauh lebih kecil lagi, dan pemberian antibiotik untuk
pencegahan sudah tidak di perlukan kembali.
Yang kedua adalah pemberian
antinyeri. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Judha, Sudarti,
Fauziah, 2012). Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila
ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
memindahkan stimulus nyeri. Intensitas nyeri merupakan gambaran seberapa parah
nyeri yang dirasakan individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan
individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
obyektif yang paling mungkin adalah menggunkan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2006). Jadi nyeri itu akan sangat berbeda-beda
antara pasien yang satu dengan pasien yang lain, antara anak yang satu dengan
anak yang lain. Jadi sangatlah kurang bijaksana apabila orangtua yang
menyunatkan putranya membandingkan respon nyeri anak pasca di sunat antara
anaknya dengan anak temennya atau anak tetangganya. Ada anak yang setelah di
sunat tenang-tenang saja, tidak menangis, tidak rewel , akan tetapi ada anak
yang setelah di sunat teriak-teriak kesakitan, menangis, rewel, jadi tidaklah
sama antara anak yang satu dengan anak yang lain. Ambang batas nyeri tiap
pasien akan berbeda-beda, adakalanya suatu rangsangan nyeri di rasakan berbeda
antara pasien satu dengan pasien yang lain. Pasien satu menganggap tidak sakit
sama sekali, akan tetapi pasien satunya merasakan sangat nyeri. Jadi, pemberian
antinyeri di sini adalah untuk mengurangi rasa sakit yang di rasakan pasien
atau anak yang di sunat pasca biusnya habis. Tentunya , mengurangi sangatlah
beda dengan menghilangkan, itu yang perlu kita fahami, jadi tidak serta merta
rasa nyeri setelah bius habis itu akan sirna, akan tetapi hanya berkurang saja,
jadi masih akan merasakan adanya rasa sakit atau nyeri dengan tingkatan yang
sangat bervariasi antar pasien yang satu dengan pasien yang lain. Perlu di
ketahui, bahwa rasa nyeri yang paling berat akan di rasakan di saat bius mulai
habis sampai benar-benar habis setelah tindakan sunat. Rasa sakit itu akan di
rasakan beberapa menit sampai beberapa jam, akan tetapi biasanya sekitar
setengah jam sampai satu jam berdasarkan pengalaman dari pasien-pasien yang di
sunat di Rumah Sunat Al Ikhwah Sesetan Denpasar Bali. Jadi dari sini kami
menjelaskan bahwa orangtua janganlah panik atau bingung tatkala tiba-tiba
anaknya yang saat di sunat ketawa-ketawa, tenang-tenang, tidak kesakitan sama
sekali, kemudian menangis sekeras-kerasnya dan berteriak-teriak, jadi itu merupakan
hal yang wajar, walupun antinyeri telah di berikan pada si anak. Kondisi seperti
itu akan hilang dengan sendirinya tidak lebih dari 1 jam, jadi orangtua harus
tetap tenang, cukup di kipas-kipas anaknya agar merasa lebih nyaman. Setelah fase
sakit bius habis terlewati, maka biasanya anak sudah tidak merasakan nyeri yang
begitu berat, yang jauh berkurang rasa sakitnya dengan pemberian obat
antinyeri. Obat antinyeri itupun di berikan kalau perlu saja, apabila pasien
atau anak di lihat sudah tidak merasakan sakit tanpa pemberian obat antinyeri
maka pemberiannya perlu di hentikan. Jadi yang perlu di garis bawahi di sini
adalah, tujuan pemberian antinyeri adalah untuk mengurangi rasa sakit pasien
atau anak pasca di lakukannya tindakan sunat dan di berikan kalau perlu saja.
Yang ketiga adalah pemberian
multivitamin. Pemberian vitamin atau multivitamin disini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan vitamin pada pasien pasca sunat, dimana beberapa
vitamin di perlukan di dalam proses penyembuhan luka, yaitu vitamin C, vitamin
E dan vitamin A. Vitamin-vitamin tersebut bisa kita dapatkan dari makanan yang
kita konsumsi, jadi jika sudah bisa kita penuhi dari makanan maka pemberian
vitamin tersebut tidaklah di perlukan lagi.
Di dalam proses penyembuhan luka pasca sunat atau
khitan, obat-obatan bukanlah hal yang utama, akan tetapi perawatan luka pasca
di sunat itulah yang sangat penting. Jadi semakin bagus di dalam perawatan luka
sunat, maka akan semakin tinggi tingkat kesembuhan, dan resiko terjadinya
infeksi bisa di tekan sekecil mungkin, dengan begitu luka akan lebih cepat
sembuh. Semoga pembahasan di atas bisa memberikan sedikit pencerahan tentang
pemberian obat-obatan pasca sunat, dan kami dari Rumah Sunat Al Ikhwah Sesetan
Denpasar Bali tetap bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam
hal khitan atau sunat. Tentunya tak lupa slogan kami, sunat hanya sekali seumur
hidup, berikan yang terbaik.