Hindari AIDS dan PMS, Negara Asia-Pasifik Sepakat Gunakan Sunat
Agustus 11th, 2009
Nusa Dua - Negara-negara Asia Pasifik sepakat untuk segera mengimplementasikan sunat sebagai salah satu upaya dari pencegahan penularan HIV/AIDS.
Kesepakatan ini merupakan salah satu bagian dari hasil Kongres Ke-9 tentang AIDS se-Asia-Pasifik (ICAAP) di Nusa Dua Bali (11/8).
Ketua Kongres Ke-9 ICAAP Prof. Dr Zubairi Djoerban menyatakan kesepakatan implementasi sunat ini berdasarkan hasil rekomendasi badan kesehatan dunia atau WHO. Selain itu penelitian di beberapa negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika juga menunjukkan betapa efektifnya sunat dalam menghindari seseorang terjangkiti penyakit menular seksual.
Selanjutnya Zubairi Djoerban juga mengakui bahwa pengembangan sunat sebagai salah satu pencegahan penularan HIV/AIDS hingga saat ini masih terbentur pada masalah perbedaan agama, kendati sunat telah terbukti secara ilmiah.
”Kemudian bagaimana dengan sara bagaimana dengan agama, Kemudian kita harus membuka data lagi, tadikan Filipina itu walaupun kristen tetapi semua disunat, Kemudian Amerika itu 80% disunat” ujar Prof. Dr Zubairi Djoerban.
Ketua Kongres Ke-9 ICAAP Prof. Dr Zubairi Djoerban menambahkan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS kedepan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik juga diingatkan untuk memberlakukan universal akses terutama terhadap akses kesehatan kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Selain itu Negara-negara kawasan Asia-Pasifik juga direkomendasikan untuk mewujudkan kesetaraan gender sebagai salah satu langkah antisipasi diskriminasi pada ODHA.(Mul)
Selamat datang di RUMAH SUNAT AL IKHWAH BALI
"Jadikan hidup anda lebih bersih dan sehat"
Rumah Sunat Al Ikhwah Bali (circumcision specialistic in Denpasar Bali dengan hipnoanestesi)
Rumah Sunat Al Ikhwah berdiri pada bulan juli 2006 dan sampai sekarang masih berkhidmad di dalam pelayanan jasa khitan untuk wilayah Bali dan sekitarnya, bahkan pasien yang datang sampai dari makasar, irian jaya, kupang, lombok, jogjakarta, banyuwangi, jember, jakarta, medan dan surabaya. usia pasien yang di layani di RSAI sangat bervariatif, dari umur 0 tahun sampai 90 tahun sering di tangani, tentunya dalam masalah khitan ini tidak ada kata terlambat, umur berapapun bisa dan tidak ada permasalahan. dokter yang bertugas di RSAI adalah dokter yang khusus menangani khitan atau sunat (spesialistik di bidang sunat/khitan), sehingga dari segi pengalaman dan kualitas sudah tidak di ragukan lagi. Yang terbaru adalah kombinasi antara hipnosis sederhana dan anestesi dengan minimal rasa sakit "HIPNOANESTESI", dengan metode bius ini sunat menjadi semakin nyaman dan benar2 bisa tanpa rasa sakit atau minimal sekali rasa sakit (pada anak-anak yang sudah siap sunat secara psikologis). kedepan RSAI akan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan berbagai metode yang lebih canggih, cepat dan tepat untuk khitan atau sunat.
Minggu, 15 November 2009
Selasa, 10 November 2009
Sunat Cegah Kanker Mulut Rahim
8/12/2008 - 21:44
[increase] [decrease]
Sunat Cegah Kanker Mulut Rahim
Ediya Moralia
INILAH.COM, Jakarta � Jangan pernah takut disunat. Sebab, sunat ternyata membawa banyak manfaat. Selain melindungi pria dari virus mematikan AIDS, sunat juga bisa mencegah virus penyebab kanker mulut rahim pada perempuan.
Laporan Journal of Infectious Diseases tampaknya akan menambah jumlah perdebatan apakah pria - dan bayi yang baru lahir - mesti disunat untuk melindungi kesehatan mereka. Juga, tentang kemungkinan kesehatan pasangan seks mereka pada masa depan.
Dr Bertran Auvert dari University of Versailles di Prancis dan rekannya di Afrika Selatan memeriksa lebih dari 1.200 pria yang datang ke sebuah klinik di Afrika Selatan. Mereka mendapati fakta bahwa kurang dari 15% pria yang disunat dan 22% pria yang tak disunat tertular virus papilloma manusia, HPV. Virus ini penyebab utama kanker mulut rahim dan kutil di kelamin.
"Temuan ini menjelaskan mengapa perempuan dengan pasangan yang disunat menghadapi risiko yang lebih rendah untuk terserang kanker mulut rahim, dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pasangan tidak disunat," tulis para peneliti tersebut.
Dokumen kedua yang menjadikan pria AS sebagai obyek penelitian memperoleh hasil yang kurang jelas. Namun Carrie Nielson dan rekannya dari Oregon Health & Science University mengatakan mereka mendapati petunjuk bahwa sunat mungkin melindungi pria.
Mencegah AIDS
Sementara itu, Lee Warner dari US Centers for Disease Control and Prevention dan rekannya meneliti pria Amerika-Afrika di Baltimore. Hasilnya, 10% dari mereka yang disunat menghadapi risiko tinggi tertular HIV. Angka itu masih di bawah 22% pria tak disunat yang berisiko tertular virus yang sama.
"Sunat berhubungan dengan sangat berkurangnya risiko HIV. Hasil studi lain yang memperlihatkan pengurangan risiko HIV di kalangan pria heteroseksual dapat digeneralisir dalam konteks AS," tulis mereka.
Berbagai studi yang mendukung sunat bisa mengurangi penularan HIV telah dilakukan di Afrika. Dr Ronald Gray dari John Hopkins University di Baltimore dan rekannya mengatakan mereka mendapat laporan itu membesarkan hati.
"Di Amerika Serikat, sunat kurang umum di kalangan pria Hispanik dan Afro-Amerika, yang juga adalah sub-kelompok yang memiliki risiko paling tinggi untuk terinfeksi HIV," tulis mereka. Dari situ, mereka menarik kesimpula, sunat sangat mungkin memberi cara perlindungan tambahan terhadap HIV pada kelompok dengan risiko paling kecil ini.
Tetapi mereka menyatakan American Academy of Pediatrics (AAP) tak menyarankan sunat rutin bagi bayi yang baru dilahirkan. "Sebagai konsekuensi dari keputusan AAP ini, Medicaids (program asuransi medis) tak mencakup biaya sunat, dan ini sangat tak menguntungkan bagi anak laki-laki Hispanik dan Amerika Afrika yang lebih miskin, yang saat dewasa mungkin menghadapi risiko tinggi terhadap HIV," tulis Gray dan rekannya.
"Juga patut diperhatikan bahwa angka sunat telah turun di AS, mungkin akibat kurangnya cakupan Medicaid," kata mereka.
Sebanyak 33 juta orang di dunia tertular AIDS yang belum ada obat atau vaksinnya. HPV adalah infeksi yang paling umum menular melalui hubungan seks di dunia, dan 20 juta orang di AS telah terinfeksi. HPV menyebabkan kanker mulut rahim. Sebanyak 300.000 perempuan di dunia setiap tahun telah tewas akibat virus ini. [I4]
[increase] [decrease]
Sunat Cegah Kanker Mulut Rahim
Ediya Moralia
INILAH.COM, Jakarta � Jangan pernah takut disunat. Sebab, sunat ternyata membawa banyak manfaat. Selain melindungi pria dari virus mematikan AIDS, sunat juga bisa mencegah virus penyebab kanker mulut rahim pada perempuan.
Laporan Journal of Infectious Diseases tampaknya akan menambah jumlah perdebatan apakah pria - dan bayi yang baru lahir - mesti disunat untuk melindungi kesehatan mereka. Juga, tentang kemungkinan kesehatan pasangan seks mereka pada masa depan.
Dr Bertran Auvert dari University of Versailles di Prancis dan rekannya di Afrika Selatan memeriksa lebih dari 1.200 pria yang datang ke sebuah klinik di Afrika Selatan. Mereka mendapati fakta bahwa kurang dari 15% pria yang disunat dan 22% pria yang tak disunat tertular virus papilloma manusia, HPV. Virus ini penyebab utama kanker mulut rahim dan kutil di kelamin.
"Temuan ini menjelaskan mengapa perempuan dengan pasangan yang disunat menghadapi risiko yang lebih rendah untuk terserang kanker mulut rahim, dibandingkan dengan perempuan yang memiliki pasangan tidak disunat," tulis para peneliti tersebut.
Dokumen kedua yang menjadikan pria AS sebagai obyek penelitian memperoleh hasil yang kurang jelas. Namun Carrie Nielson dan rekannya dari Oregon Health & Science University mengatakan mereka mendapati petunjuk bahwa sunat mungkin melindungi pria.
Mencegah AIDS
Sementara itu, Lee Warner dari US Centers for Disease Control and Prevention dan rekannya meneliti pria Amerika-Afrika di Baltimore. Hasilnya, 10% dari mereka yang disunat menghadapi risiko tinggi tertular HIV. Angka itu masih di bawah 22% pria tak disunat yang berisiko tertular virus yang sama.
"Sunat berhubungan dengan sangat berkurangnya risiko HIV. Hasil studi lain yang memperlihatkan pengurangan risiko HIV di kalangan pria heteroseksual dapat digeneralisir dalam konteks AS," tulis mereka.
Berbagai studi yang mendukung sunat bisa mengurangi penularan HIV telah dilakukan di Afrika. Dr Ronald Gray dari John Hopkins University di Baltimore dan rekannya mengatakan mereka mendapat laporan itu membesarkan hati.
"Di Amerika Serikat, sunat kurang umum di kalangan pria Hispanik dan Afro-Amerika, yang juga adalah sub-kelompok yang memiliki risiko paling tinggi untuk terinfeksi HIV," tulis mereka. Dari situ, mereka menarik kesimpula, sunat sangat mungkin memberi cara perlindungan tambahan terhadap HIV pada kelompok dengan risiko paling kecil ini.
Tetapi mereka menyatakan American Academy of Pediatrics (AAP) tak menyarankan sunat rutin bagi bayi yang baru dilahirkan. "Sebagai konsekuensi dari keputusan AAP ini, Medicaids (program asuransi medis) tak mencakup biaya sunat, dan ini sangat tak menguntungkan bagi anak laki-laki Hispanik dan Amerika Afrika yang lebih miskin, yang saat dewasa mungkin menghadapi risiko tinggi terhadap HIV," tulis Gray dan rekannya.
"Juga patut diperhatikan bahwa angka sunat telah turun di AS, mungkin akibat kurangnya cakupan Medicaid," kata mereka.
Sebanyak 33 juta orang di dunia tertular AIDS yang belum ada obat atau vaksinnya. HPV adalah infeksi yang paling umum menular melalui hubungan seks di dunia, dan 20 juta orang di AS telah terinfeksi. HPV menyebabkan kanker mulut rahim. Sebanyak 300.000 perempuan di dunia setiap tahun telah tewas akibat virus ini. [I4]
Selasa, 03 November 2009
Sunat Mencegah Penularan AIDS
Suara Pembaharuan Online, 17 April 2009
[JAKARTA] Sunat (circumcision) mencegah berbagai penyakit, termasuk penularan AIDS, dan telah dipraktikkan di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dan di banyak negara di Afrika serta juga di Asia. Badan Kesehatan Nasional AS (NHANES) menemukan, 79 persen laki-laki di AS disunat, bahkan pada kulit putih (non-Hispanic white men) mencapai 88 persen.
Profesor Zubairi Djoerban, Rabu (15/4), di Jakarta mengatakan, data itu diperoleh dari majalah kedokteran Sexually Transmitted Diseases terbitan Juli 2007, dan informasi dari CDC HIV/AIDS Science Facts: Male Circumcision and Risk for HIV Transmission and Other Health Conditions, Implications for the United State, February 2008.
Dia mengatakan, sunat terbukti menurunkan risiko infeksi saluran air kemih. Bayi yang tidak disunat mempunyai berisiko 7-14/ 1.000 mengalami infeksi saluran air kemih. Bandingkan dengan bayi yang disunat, hanya 1-2/1.000 bayi yang akan terinfeksi saluran kemih.
Suatu penelitian di AS, yang menyertakan 15.000 bayi membuktikan bahwa sunat amat efektif mencegah kanker, balanoposthitis dan fimosis. Sunat mengurangi risiko penularan HIV dari laki-laki ke perempuan, dan menekan kejadian kanker leher rahim pada pasangannya.
Hanya 5 Persen
Sunat pada warga kulit putih di AS (sekitar 70 -80 persen), ujarnya, memang lebih banyak dilaksanakan dibandingkan dengan kulit hitam (sekitar 60 persen), selain itu ada data yang signifikan, angka kejadian infeksi HIV yang memang lebih rendah pada kulit putih dibanding warga kulit hitam.
Dijelaskan, pada New England Journal Medicine 11 April 2002 dilaporkan hasil penelitian, yakni diteliti 1.913 pasangan studi kasus terkontrol yang terkait dengan kanker leher rahim yang berasal dari 5 negara. Hasilnya, infeksi HPV (Human papilloma Virus) pada penis ditemukan pada 19,6 persen laki-laki yang tidak disunat.
Bandingkan dengan hanya 5 persen infeksi HPV pada laki-laki yang disunat. Penelitian tersebut juga dilakukan di Spanyol, Colombia, Brasil, Thailand dan Filipina.
"Jadi, jelas manfaat sunat mengurangi risiko penularan virus HPV dari laki-laki ke perempuan. Infeksi HPV merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker leher rahim, dengan demikian maka sunat dan menurunkan risiko kanker leher rahim pada pasangan karena menurunkan risiko infeksi HPV pada penis," katanya. [N-4]
Sumber: Suara Pembaharuan Online
[JAKARTA] Sunat (circumcision) mencegah berbagai penyakit, termasuk penularan AIDS, dan telah dipraktikkan di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dan di banyak negara di Afrika serta juga di Asia. Badan Kesehatan Nasional AS (NHANES) menemukan, 79 persen laki-laki di AS disunat, bahkan pada kulit putih (non-Hispanic white men) mencapai 88 persen.
Profesor Zubairi Djoerban, Rabu (15/4), di Jakarta mengatakan, data itu diperoleh dari majalah kedokteran Sexually Transmitted Diseases terbitan Juli 2007, dan informasi dari CDC HIV/AIDS Science Facts: Male Circumcision and Risk for HIV Transmission and Other Health Conditions, Implications for the United State, February 2008.
Dia mengatakan, sunat terbukti menurunkan risiko infeksi saluran air kemih. Bayi yang tidak disunat mempunyai berisiko 7-14/ 1.000 mengalami infeksi saluran air kemih. Bandingkan dengan bayi yang disunat, hanya 1-2/1.000 bayi yang akan terinfeksi saluran kemih.
Suatu penelitian di AS, yang menyertakan 15.000 bayi membuktikan bahwa sunat amat efektif mencegah kanker, balanoposthitis dan fimosis. Sunat mengurangi risiko penularan HIV dari laki-laki ke perempuan, dan menekan kejadian kanker leher rahim pada pasangannya.
Hanya 5 Persen
Sunat pada warga kulit putih di AS (sekitar 70 -80 persen), ujarnya, memang lebih banyak dilaksanakan dibandingkan dengan kulit hitam (sekitar 60 persen), selain itu ada data yang signifikan, angka kejadian infeksi HIV yang memang lebih rendah pada kulit putih dibanding warga kulit hitam.
Dijelaskan, pada New England Journal Medicine 11 April 2002 dilaporkan hasil penelitian, yakni diteliti 1.913 pasangan studi kasus terkontrol yang terkait dengan kanker leher rahim yang berasal dari 5 negara. Hasilnya, infeksi HPV (Human papilloma Virus) pada penis ditemukan pada 19,6 persen laki-laki yang tidak disunat.
Bandingkan dengan hanya 5 persen infeksi HPV pada laki-laki yang disunat. Penelitian tersebut juga dilakukan di Spanyol, Colombia, Brasil, Thailand dan Filipina.
"Jadi, jelas manfaat sunat mengurangi risiko penularan virus HPV dari laki-laki ke perempuan. Infeksi HPV merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker leher rahim, dengan demikian maka sunat dan menurunkan risiko kanker leher rahim pada pasangan karena menurunkan risiko infeksi HPV pada penis," katanya. [N-4]
Sumber: Suara Pembaharuan Online
Khitan di Usia Dewasa
Khitan di Usia Dewasa
Penelitian terbaru menunjukkan khitan di usia dewasa berpengaruh terhadap performa seksual pria bersangkutan. Ereksinya jadi berlangsung lebih lama dibandingkan sebelum dikhitan. Walau begitu, bukan berarti khitan ‘obat manjur’ ejakulasi dini.
Penelitian sebelumnya, yang membandingkan sensitivitas penis pria dewasa yang tidak dikhitan dan yang dikhitan sejak kecil, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata. Namun jika khitan dilakukan setelah dewasa, sensitivitas penis berubah ke arah yang positip.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Temucin Senkul, urology dari GATA Haydarpasa Training Hospital di Istambul, Turki, 42 pria yang semuanya berusia 22 tahun secara sukarela mendaftar untuk dikhitan.
Seluruh sukarelawan adalah heteroseksual dan dalam kondisi kesehatan prima yang tak memerlukan obat-obatan untuk mendapatkan ereksi. Sebelum dikhitan, mereka diwawancarai dokter tentang gairah seksual, ereksi, ejakulasi, masalah seksual yang dihadapi dan kepuasan secara menyeluruh.
Mereka juga diminta untuk ‘mengukur’ berapa lama ereksi dapat dipertahankan sebelum ejakulasi dalam tiga sesi hubungan seksual terakhir. Tiga bulan setelah dikhitan, mereka diwawancarai dengan pertanyaan yang sama.
Hasilnya, mereka melaporkan semuanya berjalan sama seperti sebelumnya, kecuali waktu yang dibutuhkan untuk ejakulasi jadi lebih lama. Senkul memperkirakan sensitivitas penis berkurang setelah dikhitan sehingga memperlambat pencapaian klimaks.
“Atau bisa jadi khitan membuat mereka lebih percaya diri sehingga mampu menahan ereksinya lebih lama.
Yang jelas khitan di usia dewasa sama sekali tidak ‘merusak’ performa seksual seorang pria,” katanya.
“Waktu yang lebih lama untuk ejakulasi justru bisa dianggap sebagai keuntungan daripada kerugian,” tambah Senkul. Walau begitu ia tak ingin ada interpretasi bahwa khitan merupakan ‘obat’ untuk ejakulasi dini, mengingat penyebab ejakulasi dini bisa amat kompleks. (astaga)
Penelitian terbaru menunjukkan khitan di usia dewasa berpengaruh terhadap performa seksual pria bersangkutan. Ereksinya jadi berlangsung lebih lama dibandingkan sebelum dikhitan. Walau begitu, bukan berarti khitan ‘obat manjur’ ejakulasi dini.
Penelitian sebelumnya, yang membandingkan sensitivitas penis pria dewasa yang tidak dikhitan dan yang dikhitan sejak kecil, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata. Namun jika khitan dilakukan setelah dewasa, sensitivitas penis berubah ke arah yang positip.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Temucin Senkul, urology dari GATA Haydarpasa Training Hospital di Istambul, Turki, 42 pria yang semuanya berusia 22 tahun secara sukarela mendaftar untuk dikhitan.
Seluruh sukarelawan adalah heteroseksual dan dalam kondisi kesehatan prima yang tak memerlukan obat-obatan untuk mendapatkan ereksi. Sebelum dikhitan, mereka diwawancarai dokter tentang gairah seksual, ereksi, ejakulasi, masalah seksual yang dihadapi dan kepuasan secara menyeluruh.
Mereka juga diminta untuk ‘mengukur’ berapa lama ereksi dapat dipertahankan sebelum ejakulasi dalam tiga sesi hubungan seksual terakhir. Tiga bulan setelah dikhitan, mereka diwawancarai dengan pertanyaan yang sama.
Hasilnya, mereka melaporkan semuanya berjalan sama seperti sebelumnya, kecuali waktu yang dibutuhkan untuk ejakulasi jadi lebih lama. Senkul memperkirakan sensitivitas penis berkurang setelah dikhitan sehingga memperlambat pencapaian klimaks.
“Atau bisa jadi khitan membuat mereka lebih percaya diri sehingga mampu menahan ereksinya lebih lama.
Yang jelas khitan di usia dewasa sama sekali tidak ‘merusak’ performa seksual seorang pria,” katanya.
“Waktu yang lebih lama untuk ejakulasi justru bisa dianggap sebagai keuntungan daripada kerugian,” tambah Senkul. Walau begitu ia tak ingin ada interpretasi bahwa khitan merupakan ‘obat’ untuk ejakulasi dini, mengingat penyebab ejakulasi dini bisa amat kompleks. (astaga)
Penelitian Baru Kukuhkan Manfaat Sunat
Penelitian Baru Kukuhkan Manfaat Sunat
BOSTON - Manfaat bersunat sudah sering dikemukakan. Namun sebuah laporan ilmiah di AS baru-baru ini, menegaskan kembali kegunaannya.
Disebutkan, kaum wanita yang berhubungan badan dengan pria sunat, akan lebih kecil kemungkinannya terkena kanker leher rahim. Dan, pria sunat tidak begitu berisiko terserang kanker penis.
Laporan riset tersebut dimuat dalam Jurnal Kedokteran New England, Kamis kemarin. Mengapa sunat bermanfaat? Pria-pria sunat ternyata tidak begitu banyak menyerap human papillomavirus (HPV).
HPV diyakini bertanggung jawab atas lebih dari 99 persen kasus kanker leher rahim. Kanker ini merupakan jenis kedua yang se-ring menyerang kaum wanita.
Dalam analisanya terhadap tujuh studi di lima negara dan tiga benua, tim yang dipimpin Dr Xavier Castellsaque dari RS Llobre-gat Hospital di Barcelona, Spanyol, itu menemukan HPV pada sekitar 20 persen pria yang tidak disunat, namun kurang dari enam persen dari seluruh pria yang disunat Bagi kaum wanita, kemungkinannya terserang kanker leher rahim paling tidak 58 % lebih kecil jika pasangannya disunat, meski pasangannya punya sejarah berganti-ganti pasangan.
Dalam sebuah editorial, Drs HansOlov Adami dari Institut Karolinska di Stock-holm dan Dimitrios Trichopoulos dari Sekolah Kesehatan Umum Harvard, mengatakan ide bahwa sunat mungkin mengurangi risiko kanker leher rahim pada pasangan wanitanya telah diduga sejak lama, dan studi baru itu memberikan penjelasan secara biologi yang masuk akal Mereka menyatakan, jika kita menganggap 25 % kaum pria di seluruh dunia disunat, maka kaum wanita yang menderita kanker leher rahim berkurang 23% sampai 43%. Sunat juga bisa mengurangi risiko kanker alat kelamin, HIV dan infeksi lainnya. (rtr-niek-46)
Dikutip dari Harian Suara Merdeka Jum’at 2 April 2002 pada kolom International
BOSTON - Manfaat bersunat sudah sering dikemukakan. Namun sebuah laporan ilmiah di AS baru-baru ini, menegaskan kembali kegunaannya.
Disebutkan, kaum wanita yang berhubungan badan dengan pria sunat, akan lebih kecil kemungkinannya terkena kanker leher rahim. Dan, pria sunat tidak begitu berisiko terserang kanker penis.
Laporan riset tersebut dimuat dalam Jurnal Kedokteran New England, Kamis kemarin. Mengapa sunat bermanfaat? Pria-pria sunat ternyata tidak begitu banyak menyerap human papillomavirus (HPV).
HPV diyakini bertanggung jawab atas lebih dari 99 persen kasus kanker leher rahim. Kanker ini merupakan jenis kedua yang se-ring menyerang kaum wanita.
Dalam analisanya terhadap tujuh studi di lima negara dan tiga benua, tim yang dipimpin Dr Xavier Castellsaque dari RS Llobre-gat Hospital di Barcelona, Spanyol, itu menemukan HPV pada sekitar 20 persen pria yang tidak disunat, namun kurang dari enam persen dari seluruh pria yang disunat Bagi kaum wanita, kemungkinannya terserang kanker leher rahim paling tidak 58 % lebih kecil jika pasangannya disunat, meski pasangannya punya sejarah berganti-ganti pasangan.
Dalam sebuah editorial, Drs HansOlov Adami dari Institut Karolinska di Stock-holm dan Dimitrios Trichopoulos dari Sekolah Kesehatan Umum Harvard, mengatakan ide bahwa sunat mungkin mengurangi risiko kanker leher rahim pada pasangan wanitanya telah diduga sejak lama, dan studi baru itu memberikan penjelasan secara biologi yang masuk akal Mereka menyatakan, jika kita menganggap 25 % kaum pria di seluruh dunia disunat, maka kaum wanita yang menderita kanker leher rahim berkurang 23% sampai 43%. Sunat juga bisa mengurangi risiko kanker alat kelamin, HIV dan infeksi lainnya. (rtr-niek-46)
Dikutip dari Harian Suara Merdeka Jum’at 2 April 2002 pada kolom International
sunat pada kristen
Bila di antara pembaca mempunyai seorang teman yang beragama Kristen, dan pembaca
sempat menanyakan tentang bersunat kepada dia, tentu dia akan menyatakan bahwa bersunat dilarang dalam ajaran Kristen, sehingga tidak aneh bagi seorang laki-laki Kristen sampai dia besar dan menikah bahkan sampai dia matipun tidak akan pernah bersunat.
Namun di Amerika dan negara-negara maju lainnya, bagi orang-orang Kristen yang sekular akan memilih bersunat walaupun hal itu menentang ajaran agamanya, bagi orang-orang sekular manfaat yang didapatkan dari bersunat tidak dapat dipungkiri lagi, oleh karenanya orang-orang sekular memilih bersunat dan mengacuhkan larangan agamanya, bagi orang-orang sekular keputusan bersunat adalah urusan dunia dan bukan urusan agama, sikap orang-orang sekular ini tentunya sangat memukul ajaran Kristen, pasalnya mereka seakan-akan menganggap ajaran tidak bersunat adalah ajaran yang tidak mengetahui kebersihan, kesehatan dan fitrah manusia.
Menurut hasil penelitian, bersunat mempunyai banyak manfaat diantaranya Kebersihan, karena dengan bersunat jalan keluar urine tidak ada yang menghalangi lagi dan tidak ada tempat bagi tertampungnya kotoran pada kelamin. Kesehatan, Memang, sunat dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit. Misalnya, fimosis, parafimosis, kandidiasis, serta tumor ganas dan pra ganas pada daerah alat kelamin laki-laki. Dan, terbukti pula, penis laki-laki yang disunat lebih higienis. Jadi, di masa tuanya kelak, ia jadi lebih mudah merawatnya.
Dan, yang paling menarik, selain jadi lebih sensitif, tidak mudah lecet dan terkena iritasi, bersunat juga punya pengaruh terhadap kehidupan seksual laki-laki. Ia akan terhindar dari ejakulasi dini! Dan masih banyak manfaat dari bersunat. (pada hal. 4 saya kutipkan penelitian terkini dari manfaat bersunat)
Mari kita kaji, benarkah di Kristen tidak ada ajaran bersunat, padahal Yesus sendiri bersunat, mengapa orang-orang Kristen tidak bersunat padahal mereka mengklaim sebagai pengikut Yesus, nenek moyang Yesus yaitu nabi Ibrahim juga bersunat, lalu apa resiko dalam agama bila mereka bersunat ?.
Asal Mula Perintah Bersunat
Menurut Bible (kitab suci umat Kristen) asal mula perintah bersunat adalah ketika Abraham yang sudah berumur 99 tahun dijanjikan akan mempunyai keturunan oleh Allah dan da-ri keturunannya akan menjadi bangsa-bangsa dan raja-raja dan akan diberikan negeri-negeri yang akan dikelolanya, dan Allah menuntut Abraham serta keturunan untuk bersunat :
Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.(9)
Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu se-tiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (10)
haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (11)
Kejadian 17:9-11
Sejak itu keturunan Abraham yang laki-laki selalu dikerat kulit khitannya, dan perjanjian itu kekal adanya sampai selama-lamanya :
......maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal . Kejadian 17:13
Maka ketika Yesus lahir dan genap beru-mur delapan hari, Yesus langsung disunat :
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya Injil Lukas 2:21
Ketika Yesus telah dewasa yaitu ketika Yesus menyampaikan risalahnya, Yesus menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah menghapus dan meniadakan hukum-hukum terdahulu yang terdapat dalam kitab taurat termasuk bersunat, seperti sabdanya yang tercantum dalam Bible:
Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. Lukas 16:17
Al-Qur’an juga mengisaratkan demikian :
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata:"Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat….. QS. 61:6>
Jadi Yesus mengajarkan kepada kaumnya agar bersunat bagi laki-laki, dan ajaran itu tetap diikuti oleh orang-orang Yahudi hingga saat ini.
Kristen Dan Kewajiban Bersunat
Tetapi orang-orang Kristen yang mengklaim sebagai pengikut Yesus justru melarang untuk bersunat, mereka berargumentasi bahwa kewajiban bersunat hanyalah berlaku bagi Ab-raham dan keturunannya (Yahudi) sebagai tanda perjanjian, Yesus bersunat karena Yesus memang orang Yahudi.
Namun bila kita telusuri dalam Bible, sama sekali tidak ada ajaran Yesus yang menyatakan bahwa bagi orang-orang non Yahudi tidak diwajibkan untuk bersunat. Walaupun pada saat itu orang-orang non Yahudi memang tidak bersunat, hal itu bukan karena adanya larangan untuk bersunat tetapi karena ajaran Yesus hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi saja, seperti sabdanya dalam Bible :
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil." Matius 15:24
Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa nabi Isa as di utus hanya untuk bani Israel :
“..Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu..” QS. 61:6
Jadi kalau orang-orang non Yahudi tidak bersunat ketika itu, alasan satu-satunya adalah karena mereka tidak dalam satu agama dengan Yesus, bila mereka masuk ke dalam agama Yesus maka mereka secara otomatis harus bersunat seperti dalil-dalil berikut ini :
Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetap tidak termasuk keturunanmu. (12)
Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. (13)
Kejadian 17:12-13
Kalimat yang digaris-bawahi menyatakan kewajiban bagi orang-orang non Yahudi bila sudah dalam agama Abraham. Jadi bersunat atau tidak bukan karena Yahudi atau non Yahudi tetapi karena alasan di dalam atau di luar agama Abraham. Hal ini dikuatkan ayat berikut :
.... "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Kisah 15:5
Argumentasi orang-orang Kristen yang menyatakan bahwa mereka tidak bersunat karena mereka bukan orang Yahudi tidak tepat menu-rut kontektual ayat. Mereka tidak bersunat lebih dikarenakan mengikuti ajaran Paulus.
Paulus adalah seorang Yahudi yang ahli da-lam hukum Taurat dan filsafat Yunani, Paulus adalah orang yang seangkatan dengan Yesus tetapi bukan murid Yesus dan sama sekali tidak pernah bertemu dengan Yesus, Paulus seringkali mengejar-ngejar dan membunuhi murid-murid Yesus, hingga akhirnya Paulus mengaku ditemui oleh Yesus dalam rupa caha-ya dan bertobat, setelah itu Paulus menyebar-kan agama Kristen kepada orang-orang non Yahudi yang sama sekali berbeda dengan ajaran Yesus bahkan bertentangan.
Berikut ini salah satu contoh ajaran Paulus kepada jemaat Galatia orang-orang non Yahudi
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Galatia 5:2
Dalam ayat tersebut Paulus mendoktrinkan kepada orang-orang non yahudi bahwa bila mereka bersunat, maka penyaliban dan penebusan dosa oleh Yesus akan sia-sia belaka.
Lebih jauh Paulus mendoktrinkan bagi orang-orang non Yahudi yang bersunat maka ia harus menerapkan hukum taurat secara total.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Galatia 5:3
Maksud ayat tersebut adalah orang-orang non Yahudi tidak perlu bersunat dan tidak perlu mengikuti hukum Taurat, bila mereka bersunat maka mereka harus mengikuti hukum Taurat secara keseluruhan.
Padahal Yesus mengajarkan harus bersunat dan mengikuti hukum Taurat sementara Paulus mengajarkan sebaliknya, Yesus hanya mengajarakan risalahnya kepada orang-orang Yahudi sementara Paulus mengajarkan ajarannya kepada orang-orang non Yahudi tetapi mengatasnamakan ajarannya adalah ajaran Yesus, Jadi tidak bersunat bukanlah ajaran Yesus tetapi ajaran Paulus.
Ajaran Bersunat datangnya Dari Allah SWT
Ditinjau dari dalil-dalil yang ada, ajaran bersunat dapat dipastikan datangnya dari Allah SWT, apalagi temuan-temuan modern menunjukkan bahwa dengan bersunat manusia akan mendapatkan manfaat yang besar bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain, temuan-temuan modern ini sebagai bukti bahwa bersunat adalah ajaran yang datangnya dari Allah SWT. Allah SWT memerintahkan hambanya bersunat karena Allah Mengetahui akan hikmah bersunat apalagi ketika turun perintah bersunat sama sekali belum diketahui manfaat dari bersunat.
Ditinjau dari kontekstual ayat, perintah larangan bersunat bukan datang dari Allah, tetapi sebagai ajaran Paulus yang mengaku ditemui oleh Yesus dalam rupa cahaya sebagai pengokoh seakan-akan larangan bersunat adalah dari yesus, apalagi temuan-temuan modern menunjukkan bahwa tidak bersunat akan membawa resiko besar bagi dirinya sendiri dan perempuan yang menjadi istrinya.
Mungkinkah Tuhan melarang bersunat yang mengakibatkan tersebarnya penyakit dan bertentangan dengan fitrah manusia, bukankah hal ini bertentangan dengan sunah-NYA?
Sangat mungkin larangan bersunat hanyalah karangan Paulus belaka, karena Paulus bukanlah Tuhan dan bukan pula nabi dan juga bukan seorang ilomuwan sehingga tidak mengetahui akibat buruk akibat tidak bersunat, makanya tidak mengherankan penyakit kela-min tersebar cepat dinegara-negara yang rakyatnya tidak bersunat ?
Pengakuan Paulus pernah ditemui oleh Yesus dapat diuji dan didiskusikan, kemungkinan Paulus jujur dan berbohong masih sangat terbuka, kalau Paulus tidak jujur sudah sangat wajar ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran Yesus, karena mungkinkah ketika Yesus ada di Bumi mengajarkan bersunat, mengesakan Allah,
dia sebagai nabi lalu setelah Yesus terangkat ke langit tiba-tiba Paulus mengklaim ditemui oleh Yesus dan Yesus mengubah ajarannya 180° ? Inilah yang harus dikaji-kritisi.
SUNAT DAN SEKULARISME
Alasan mengapa harus ada sekularisme adalah karena adanya hukum-hukum agama yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan fitrah manusia.
Bersunat adalah salah satu bentuk yang secara ilmiah sangat bermanfaat bagi manusia dan sesuai dengan fitrah manusia, karena dengan bersunat manusia menjadi hidup lebih bersih, sehat dan memenuhi kehidupan yang paling pribadi secara lebih baik.
Pelarangan bersunat dalam agama Kristen menyebabkan orang-orang yang berpikiran maju secara ilmiah dan mengetahui manfaat yang banyak dan besar dari bersunat mengharuskan mereka untuk hidup secara sekular, yaitu harus memisahkan antara agama dengan urusan manusia.
Dalam Islam tidak ada satu hukumpun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan fitrah manusia, salah satunya adalah tentang kewajiban bersunat, hal ini menjadikan agama Islam sebagai agama yang ramah lingkungan dan paling bersahabat, tepat seperti yang diisyaratkan dalam al-Qur’an bahwa agama Islam adalah agama Rahmatan lil Alamin.
Dengan demikian, ide sekularisme dalam Islam adalah ide yang salah sasaran yang justru akan menghancurkan tatanan kehidupan dunia, orang-orang yang memaksakan sekularisme dalam Islam dikarenakan menuruti hawa nafsunya bukan karena alasan ilmu pengetahuan. (sumber islahonline.com)
sempat menanyakan tentang bersunat kepada dia, tentu dia akan menyatakan bahwa bersunat dilarang dalam ajaran Kristen, sehingga tidak aneh bagi seorang laki-laki Kristen sampai dia besar dan menikah bahkan sampai dia matipun tidak akan pernah bersunat.
Namun di Amerika dan negara-negara maju lainnya, bagi orang-orang Kristen yang sekular akan memilih bersunat walaupun hal itu menentang ajaran agamanya, bagi orang-orang sekular manfaat yang didapatkan dari bersunat tidak dapat dipungkiri lagi, oleh karenanya orang-orang sekular memilih bersunat dan mengacuhkan larangan agamanya, bagi orang-orang sekular keputusan bersunat adalah urusan dunia dan bukan urusan agama, sikap orang-orang sekular ini tentunya sangat memukul ajaran Kristen, pasalnya mereka seakan-akan menganggap ajaran tidak bersunat adalah ajaran yang tidak mengetahui kebersihan, kesehatan dan fitrah manusia.
Menurut hasil penelitian, bersunat mempunyai banyak manfaat diantaranya Kebersihan, karena dengan bersunat jalan keluar urine tidak ada yang menghalangi lagi dan tidak ada tempat bagi tertampungnya kotoran pada kelamin. Kesehatan, Memang, sunat dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit. Misalnya, fimosis, parafimosis, kandidiasis, serta tumor ganas dan pra ganas pada daerah alat kelamin laki-laki. Dan, terbukti pula, penis laki-laki yang disunat lebih higienis. Jadi, di masa tuanya kelak, ia jadi lebih mudah merawatnya.
Dan, yang paling menarik, selain jadi lebih sensitif, tidak mudah lecet dan terkena iritasi, bersunat juga punya pengaruh terhadap kehidupan seksual laki-laki. Ia akan terhindar dari ejakulasi dini! Dan masih banyak manfaat dari bersunat. (pada hal. 4 saya kutipkan penelitian terkini dari manfaat bersunat)
Mari kita kaji, benarkah di Kristen tidak ada ajaran bersunat, padahal Yesus sendiri bersunat, mengapa orang-orang Kristen tidak bersunat padahal mereka mengklaim sebagai pengikut Yesus, nenek moyang Yesus yaitu nabi Ibrahim juga bersunat, lalu apa resiko dalam agama bila mereka bersunat ?.
Asal Mula Perintah Bersunat
Menurut Bible (kitab suci umat Kristen) asal mula perintah bersunat adalah ketika Abraham yang sudah berumur 99 tahun dijanjikan akan mempunyai keturunan oleh Allah dan da-ri keturunannya akan menjadi bangsa-bangsa dan raja-raja dan akan diberikan negeri-negeri yang akan dikelolanya, dan Allah menuntut Abraham serta keturunan untuk bersunat :
Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.(9)
Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu se-tiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (10)
haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (11)
Kejadian 17:9-11
Sejak itu keturunan Abraham yang laki-laki selalu dikerat kulit khitannya, dan perjanjian itu kekal adanya sampai selama-lamanya :
......maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal . Kejadian 17:13
Maka ketika Yesus lahir dan genap beru-mur delapan hari, Yesus langsung disunat :
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya Injil Lukas 2:21
Ketika Yesus telah dewasa yaitu ketika Yesus menyampaikan risalahnya, Yesus menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah menghapus dan meniadakan hukum-hukum terdahulu yang terdapat dalam kitab taurat termasuk bersunat, seperti sabdanya yang tercantum dalam Bible:
Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. Lukas 16:17
Al-Qur’an juga mengisaratkan demikian :
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata:"Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat….. QS. 61:6>
Jadi Yesus mengajarkan kepada kaumnya agar bersunat bagi laki-laki, dan ajaran itu tetap diikuti oleh orang-orang Yahudi hingga saat ini.
Kristen Dan Kewajiban Bersunat
Tetapi orang-orang Kristen yang mengklaim sebagai pengikut Yesus justru melarang untuk bersunat, mereka berargumentasi bahwa kewajiban bersunat hanyalah berlaku bagi Ab-raham dan keturunannya (Yahudi) sebagai tanda perjanjian, Yesus bersunat karena Yesus memang orang Yahudi.
Namun bila kita telusuri dalam Bible, sama sekali tidak ada ajaran Yesus yang menyatakan bahwa bagi orang-orang non Yahudi tidak diwajibkan untuk bersunat. Walaupun pada saat itu orang-orang non Yahudi memang tidak bersunat, hal itu bukan karena adanya larangan untuk bersunat tetapi karena ajaran Yesus hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi saja, seperti sabdanya dalam Bible :
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil." Matius 15:24
Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa nabi Isa as di utus hanya untuk bani Israel :
“..Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu..” QS. 61:6
Jadi kalau orang-orang non Yahudi tidak bersunat ketika itu, alasan satu-satunya adalah karena mereka tidak dalam satu agama dengan Yesus, bila mereka masuk ke dalam agama Yesus maka mereka secara otomatis harus bersunat seperti dalil-dalil berikut ini :
Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetap tidak termasuk keturunanmu. (12)
Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. (13)
Kejadian 17:12-13
Kalimat yang digaris-bawahi menyatakan kewajiban bagi orang-orang non Yahudi bila sudah dalam agama Abraham. Jadi bersunat atau tidak bukan karena Yahudi atau non Yahudi tetapi karena alasan di dalam atau di luar agama Abraham. Hal ini dikuatkan ayat berikut :
.... "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Kisah 15:5
Argumentasi orang-orang Kristen yang menyatakan bahwa mereka tidak bersunat karena mereka bukan orang Yahudi tidak tepat menu-rut kontektual ayat. Mereka tidak bersunat lebih dikarenakan mengikuti ajaran Paulus.
Paulus adalah seorang Yahudi yang ahli da-lam hukum Taurat dan filsafat Yunani, Paulus adalah orang yang seangkatan dengan Yesus tetapi bukan murid Yesus dan sama sekali tidak pernah bertemu dengan Yesus, Paulus seringkali mengejar-ngejar dan membunuhi murid-murid Yesus, hingga akhirnya Paulus mengaku ditemui oleh Yesus dalam rupa caha-ya dan bertobat, setelah itu Paulus menyebar-kan agama Kristen kepada orang-orang non Yahudi yang sama sekali berbeda dengan ajaran Yesus bahkan bertentangan.
Berikut ini salah satu contoh ajaran Paulus kepada jemaat Galatia orang-orang non Yahudi
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Galatia 5:2
Dalam ayat tersebut Paulus mendoktrinkan kepada orang-orang non yahudi bahwa bila mereka bersunat, maka penyaliban dan penebusan dosa oleh Yesus akan sia-sia belaka.
Lebih jauh Paulus mendoktrinkan bagi orang-orang non Yahudi yang bersunat maka ia harus menerapkan hukum taurat secara total.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Galatia 5:3
Maksud ayat tersebut adalah orang-orang non Yahudi tidak perlu bersunat dan tidak perlu mengikuti hukum Taurat, bila mereka bersunat maka mereka harus mengikuti hukum Taurat secara keseluruhan.
Padahal Yesus mengajarkan harus bersunat dan mengikuti hukum Taurat sementara Paulus mengajarkan sebaliknya, Yesus hanya mengajarakan risalahnya kepada orang-orang Yahudi sementara Paulus mengajarkan ajarannya kepada orang-orang non Yahudi tetapi mengatasnamakan ajarannya adalah ajaran Yesus, Jadi tidak bersunat bukanlah ajaran Yesus tetapi ajaran Paulus.
Ajaran Bersunat datangnya Dari Allah SWT
Ditinjau dari dalil-dalil yang ada, ajaran bersunat dapat dipastikan datangnya dari Allah SWT, apalagi temuan-temuan modern menunjukkan bahwa dengan bersunat manusia akan mendapatkan manfaat yang besar bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain, temuan-temuan modern ini sebagai bukti bahwa bersunat adalah ajaran yang datangnya dari Allah SWT. Allah SWT memerintahkan hambanya bersunat karena Allah Mengetahui akan hikmah bersunat apalagi ketika turun perintah bersunat sama sekali belum diketahui manfaat dari bersunat.
Ditinjau dari kontekstual ayat, perintah larangan bersunat bukan datang dari Allah, tetapi sebagai ajaran Paulus yang mengaku ditemui oleh Yesus dalam rupa cahaya sebagai pengokoh seakan-akan larangan bersunat adalah dari yesus, apalagi temuan-temuan modern menunjukkan bahwa tidak bersunat akan membawa resiko besar bagi dirinya sendiri dan perempuan yang menjadi istrinya.
Mungkinkah Tuhan melarang bersunat yang mengakibatkan tersebarnya penyakit dan bertentangan dengan fitrah manusia, bukankah hal ini bertentangan dengan sunah-NYA?
Sangat mungkin larangan bersunat hanyalah karangan Paulus belaka, karena Paulus bukanlah Tuhan dan bukan pula nabi dan juga bukan seorang ilomuwan sehingga tidak mengetahui akibat buruk akibat tidak bersunat, makanya tidak mengherankan penyakit kela-min tersebar cepat dinegara-negara yang rakyatnya tidak bersunat ?
Pengakuan Paulus pernah ditemui oleh Yesus dapat diuji dan didiskusikan, kemungkinan Paulus jujur dan berbohong masih sangat terbuka, kalau Paulus tidak jujur sudah sangat wajar ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran Yesus, karena mungkinkah ketika Yesus ada di Bumi mengajarkan bersunat, mengesakan Allah,
dia sebagai nabi lalu setelah Yesus terangkat ke langit tiba-tiba Paulus mengklaim ditemui oleh Yesus dan Yesus mengubah ajarannya 180° ? Inilah yang harus dikaji-kritisi.
SUNAT DAN SEKULARISME
Alasan mengapa harus ada sekularisme adalah karena adanya hukum-hukum agama yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan fitrah manusia.
Bersunat adalah salah satu bentuk yang secara ilmiah sangat bermanfaat bagi manusia dan sesuai dengan fitrah manusia, karena dengan bersunat manusia menjadi hidup lebih bersih, sehat dan memenuhi kehidupan yang paling pribadi secara lebih baik.
Pelarangan bersunat dalam agama Kristen menyebabkan orang-orang yang berpikiran maju secara ilmiah dan mengetahui manfaat yang banyak dan besar dari bersunat mengharuskan mereka untuk hidup secara sekular, yaitu harus memisahkan antara agama dengan urusan manusia.
Dalam Islam tidak ada satu hukumpun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan fitrah manusia, salah satunya adalah tentang kewajiban bersunat, hal ini menjadikan agama Islam sebagai agama yang ramah lingkungan dan paling bersahabat, tepat seperti yang diisyaratkan dalam al-Qur’an bahwa agama Islam adalah agama Rahmatan lil Alamin.
Dengan demikian, ide sekularisme dalam Islam adalah ide yang salah sasaran yang justru akan menghancurkan tatanan kehidupan dunia, orang-orang yang memaksakan sekularisme dalam Islam dikarenakan menuruti hawa nafsunya bukan karena alasan ilmu pengetahuan. (sumber islahonline.com)
Cerita Unik Para Pasien Rumah Sunat Al Ikhwah, Sesetan, Denpasar
Cerita Unik Para Pasien Rumah Sunat Al Ikwah, Sesetan, Denpasar
Ada yang Lantaran Terjepit Resleting hingga Penyakit Kelamin
Sunat atau khitan tak lagi identik dengan umat muslim. Kini, banyak faktor penyebab berkhitan. Dari beragam latar belakang, kepentingan dan umur. Termasuk menyunat "burung bule".
-----
SIANG hari, di Jalan Ceningan Sari, Perum Gunung Sari I No 1 Denpasar biasa-biasa saja. Bahkan boleh dikatakan sepi. Ini lantaran memang di rumah sunat ini belum saatnya waktu praktik. Sempat menunggu sekitar setengah jam di teras, persisnya pukul 14.30, seorang pria datang.
Dia adalah Dr Chalwan. Dokter yang setiap hari berprofesi sebagai tukang sunat ini setelah berbasa-basi sejenak, akhirnya berbagi cerita dengan Radar Bali di ruang tamunya yang cukup sederhana itu. "Maaf saya terlambat. Tadi barusan menyunat bule," jelasnya.
Baginya, urusan sunat-menyunat daging di ujung kelamin laki-laki bukan hal baru. Bahkan sejak mendirikan rumah sunat di kediamannya, sudah ribuan orang yang pernah ditanganinya. Penyunatan pun dilakukan bersama istri tercintanya, yang berprofesi sebagai dokter.
Masih soal sunat, Chalwan mengaku bahwa dalam sebulan untuk hari-hari biasa dan bukan libur, dia mampu mengkhitan 30-40 an orang pasien. "Beragam pasiennya. Kalau hari-hari biasa kebanyakan yang kami tangani adalah orang-orang dewasa," jelasnya.
Yang dimaksud umur dewasa seperti disebut pria kelahiran Kediri ini, yakni antara usia 20-70 tahun. Bahkan yang terakhir kali habis disunatnya sudah berusia 65 tahun. Sementara untuk masa waktu libur, dalam sebulan Chalwan dan istrinya rata-rata mampu menyunat sebanyak 200-500 pasien sebulannya.
Apa alasan pria dewasa datang dan meminta disunat? Wow! Ternyata ada beberapa alasan. Seperti untuk mendapatkan alat vital yang bersih, karena terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau kadang ada yang karena mualaf (masuk Islam). "Banyak mereka yang menderita penyakit kulit dan kelamin tidak sembuh-sembuh, akhirnya mereka minta disunat,"jelasnya.
Kok bisa begitu? Pasalnya, tidak sedikit orang-orang dengan intensitas tinggi dalam berhubungan seks menghindari luka lecet pada alat vital, akibat seringnya gesekan saat berhubungan. Tak pelak, sunat pun jadi salah satu solusi aman.
Masih menurut pengamalan suami dari dr Vivi ini,sejak mendirikan rumah sunat dua tahun lalu, banyak masyarakat antusias. "Ada yang Kristen, Hindu, juga agama lainnya. Ada saja. Termasuk bule juga. Kebanyakan alasan bagi mereka disunat adalah alasan kesehatan," jelasnya.
Bahkan demi menjalani profesi sebagai tukang sunat, Chalwan dan istrinya pun mengaku all out. Mereka siap 24 jam buka praktik. Bahkan, pengalamannya, khusus untuk menyunat pria dewasa, ada pasiennya yang mengatakan malu dan meminta agar disunat saat klinik sepi.
"Ada security yang datang malam-malam dan kami sunat. Alasannya, karena malu datang ke RS. Jadi, banyaklah alas an. Dari anak kecil yang terjepit resleting celana hingg bapak-bapak atau kakek-kakek yang ingin sehat dan sembuh dari penyakit kelamin," jelasnya. (didik dwi praptono)
Ada yang Lantaran Terjepit Resleting hingga Penyakit Kelamin
Sunat atau khitan tak lagi identik dengan umat muslim. Kini, banyak faktor penyebab berkhitan. Dari beragam latar belakang, kepentingan dan umur. Termasuk menyunat "burung bule".
-----
SIANG hari, di Jalan Ceningan Sari, Perum Gunung Sari I No 1 Denpasar biasa-biasa saja. Bahkan boleh dikatakan sepi. Ini lantaran memang di rumah sunat ini belum saatnya waktu praktik. Sempat menunggu sekitar setengah jam di teras, persisnya pukul 14.30, seorang pria datang.
Dia adalah Dr Chalwan. Dokter yang setiap hari berprofesi sebagai tukang sunat ini setelah berbasa-basi sejenak, akhirnya berbagi cerita dengan Radar Bali di ruang tamunya yang cukup sederhana itu. "Maaf saya terlambat. Tadi barusan menyunat bule," jelasnya.
Baginya, urusan sunat-menyunat daging di ujung kelamin laki-laki bukan hal baru. Bahkan sejak mendirikan rumah sunat di kediamannya, sudah ribuan orang yang pernah ditanganinya. Penyunatan pun dilakukan bersama istri tercintanya, yang berprofesi sebagai dokter.
Masih soal sunat, Chalwan mengaku bahwa dalam sebulan untuk hari-hari biasa dan bukan libur, dia mampu mengkhitan 30-40 an orang pasien. "Beragam pasiennya. Kalau hari-hari biasa kebanyakan yang kami tangani adalah orang-orang dewasa," jelasnya.
Yang dimaksud umur dewasa seperti disebut pria kelahiran Kediri ini, yakni antara usia 20-70 tahun. Bahkan yang terakhir kali habis disunatnya sudah berusia 65 tahun. Sementara untuk masa waktu libur, dalam sebulan Chalwan dan istrinya rata-rata mampu menyunat sebanyak 200-500 pasien sebulannya.
Apa alasan pria dewasa datang dan meminta disunat? Wow! Ternyata ada beberapa alasan. Seperti untuk mendapatkan alat vital yang bersih, karena terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau kadang ada yang karena mualaf (masuk Islam). "Banyak mereka yang menderita penyakit kulit dan kelamin tidak sembuh-sembuh, akhirnya mereka minta disunat,"jelasnya.
Kok bisa begitu? Pasalnya, tidak sedikit orang-orang dengan intensitas tinggi dalam berhubungan seks menghindari luka lecet pada alat vital, akibat seringnya gesekan saat berhubungan. Tak pelak, sunat pun jadi salah satu solusi aman.
Masih menurut pengamalan suami dari dr Vivi ini,sejak mendirikan rumah sunat dua tahun lalu, banyak masyarakat antusias. "Ada yang Kristen, Hindu, juga agama lainnya. Ada saja. Termasuk bule juga. Kebanyakan alasan bagi mereka disunat adalah alasan kesehatan," jelasnya.
Bahkan demi menjalani profesi sebagai tukang sunat, Chalwan dan istrinya pun mengaku all out. Mereka siap 24 jam buka praktik. Bahkan, pengalamannya, khusus untuk menyunat pria dewasa, ada pasiennya yang mengatakan malu dan meminta agar disunat saat klinik sepi.
"Ada security yang datang malam-malam dan kami sunat. Alasannya, karena malu datang ke RS. Jadi, banyaklah alas an. Dari anak kecil yang terjepit resleting celana hingg bapak-bapak atau kakek-kakek yang ingin sehat dan sembuh dari penyakit kelamin," jelasnya. (didik dwi praptono)
Sunat Efektif Tekan Penularan HIV
Sunat Efektif Tekan Penularan HIV
Oleh : Porwanto | 09-Sep-2008, 15:36:16 WIB
KabarIndonesia - Sunat tak hanya urusan budaya dan agama, namun juga kesehatan. Hasilnya, sunat tergolong efektif menekan penularan HIV ketimbang mereka yang tidak sunat.
Sirkumsisi, dikenal dengan istilah sunat, disinyalir memiliki efek pencegahan penularan HIV/AIDS. Hal ini diungkap Prof. dr. Zubairi Djoerban, Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia. “Hasil penelitian membuktikan efek pencegahannya 58% pada yang sunat. Sedangkan, penularan terjadi sebesar 66% pada mereka yang tidak sunat,” ungkap Zubairi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Penelitian tersebut didapat dari 3 uji klinik terhadap laki-laki sehat di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Hasilnya cukup menggembirakan. Efek sunat terhadap penularan HIV ke pria dapat diminimalisir. Di Filipina, hampir semua laki-laki disunat. Di Kanada, 48% laki-lakinya menjalani sunat. Bahkan, 80% bayi laki-laki di Amerika Serikat disunat.
Kenyataan tersebut mengungkap bila sunat tidak hanya budaya masyarakat di kalangan muslim saja. Bahkan, kata Zubairi, mantan presiden AS Bill Clinton pernah menganjurkan sunat karena efektif menekan penularan HIV. Lagi-lagi, sunat bukan hanya kegiatan budaya atau agama seperti di kalangan muslim, tapi untuk kesehatan.
Tidak mudah untuk menyebarluaskan pentingnya sunat untuk kesehatan. Alasan agama, budaya, dan politik terasa kental menghambat. Namun, kata Zubairi, penelitian terhadap 2000 lelaki yang tidak sunat di Kenya, penularan HIV lebih tinggi 66%.
Profesor Robert C. Bailey dari University of Illinois mengungkap, vaksin AIDS tidak pernah 1 kali suntikan, harus diulang. Sayangnya, vaksin AIDS yang efektif menekan penularan HIV sebesar 50% belum ditemukan. Sedangkan sunat dapat dilakukan sekali seumur hidup saja.
“Sekarang kita mempunyai sarana intervensi yang terbukti menekan penularan 60%. Dikerjakan hanya satu kali seumur hidup dan berlaku seterusnya,” kata Robert.
Studi lain yang dipaparkan Zubairi, soal penularan infeksi HPV sebagai salah satu penyebab kanker leher rahim. Diteliti 1.913 pasangan terkait kanker leher rahim yang berasal dari 5 negara. Infeksi HPV pada penis ditemukan pada 166 orang dari 847 laki-laki yang tidak disunat (19,6%). Bandingkan dengan hanya 5% infeksi HPV pada yang disunat (16 dari 292 laki-laki yang disunat.
“Sunat akan menurunkan risiko kanker leher rahim pada pasangan, karena menurunkan risiko infeksi HPV pada penis,” pungkas Zubairi kepada Kabar Indonesia (20/8) silam, disela acara persiapan ICAAP IX (the 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific) di Bali 2009 mendatang.
Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com
Oleh : Porwanto | 09-Sep-2008, 15:36:16 WIB
KabarIndonesia - Sunat tak hanya urusan budaya dan agama, namun juga kesehatan. Hasilnya, sunat tergolong efektif menekan penularan HIV ketimbang mereka yang tidak sunat.
Sirkumsisi, dikenal dengan istilah sunat, disinyalir memiliki efek pencegahan penularan HIV/AIDS. Hal ini diungkap Prof. dr. Zubairi Djoerban, Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia. “Hasil penelitian membuktikan efek pencegahannya 58% pada yang sunat. Sedangkan, penularan terjadi sebesar 66% pada mereka yang tidak sunat,” ungkap Zubairi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Penelitian tersebut didapat dari 3 uji klinik terhadap laki-laki sehat di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Hasilnya cukup menggembirakan. Efek sunat terhadap penularan HIV ke pria dapat diminimalisir. Di Filipina, hampir semua laki-laki disunat. Di Kanada, 48% laki-lakinya menjalani sunat. Bahkan, 80% bayi laki-laki di Amerika Serikat disunat.
Kenyataan tersebut mengungkap bila sunat tidak hanya budaya masyarakat di kalangan muslim saja. Bahkan, kata Zubairi, mantan presiden AS Bill Clinton pernah menganjurkan sunat karena efektif menekan penularan HIV. Lagi-lagi, sunat bukan hanya kegiatan budaya atau agama seperti di kalangan muslim, tapi untuk kesehatan.
Tidak mudah untuk menyebarluaskan pentingnya sunat untuk kesehatan. Alasan agama, budaya, dan politik terasa kental menghambat. Namun, kata Zubairi, penelitian terhadap 2000 lelaki yang tidak sunat di Kenya, penularan HIV lebih tinggi 66%.
Profesor Robert C. Bailey dari University of Illinois mengungkap, vaksin AIDS tidak pernah 1 kali suntikan, harus diulang. Sayangnya, vaksin AIDS yang efektif menekan penularan HIV sebesar 50% belum ditemukan. Sedangkan sunat dapat dilakukan sekali seumur hidup saja.
“Sekarang kita mempunyai sarana intervensi yang terbukti menekan penularan 60%. Dikerjakan hanya satu kali seumur hidup dan berlaku seterusnya,” kata Robert.
Studi lain yang dipaparkan Zubairi, soal penularan infeksi HPV sebagai salah satu penyebab kanker leher rahim. Diteliti 1.913 pasangan terkait kanker leher rahim yang berasal dari 5 negara. Infeksi HPV pada penis ditemukan pada 166 orang dari 847 laki-laki yang tidak disunat (19,6%). Bandingkan dengan hanya 5% infeksi HPV pada yang disunat (16 dari 292 laki-laki yang disunat.
“Sunat akan menurunkan risiko kanker leher rahim pada pasangan, karena menurunkan risiko infeksi HPV pada penis,” pungkas Zubairi kepada Kabar Indonesia (20/8) silam, disela acara persiapan ICAAP IX (the 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific) di Bali 2009 mendatang.
Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com
WHO Rekomendasikan Khitan Cegah AIDS
WHO Rekomendasikan Khitan Cegah AIDS
Rabu, 12 Agustus 2009 , 00:31:00
NUSA DUA, (PRLM).- Hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup penis, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.
Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS "International Congress on AIDS in Asia and the Pacific" (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Selasa (11/8).
Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.
Menurut Zubairi, yang terpenting ke depan adalah implementasi khitan sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.
"Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan," katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua dikhitan, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga khitan.
Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan khitan sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi khitan diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.
Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan ke depan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.
Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok berisiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen. (das)***
Rabu, 12 Agustus 2009 , 00:31:00
NUSA DUA, (PRLM).- Hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup penis, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.
Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS "International Congress on AIDS in Asia and the Pacific" (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Selasa (11/8).
Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.
Menurut Zubairi, yang terpenting ke depan adalah implementasi khitan sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.
"Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan," katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua dikhitan, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga khitan.
Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan khitan sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi khitan diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.
Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan ke depan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.
Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok berisiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen. (das)***
UPAYA MENJINAKKAN AIDS TERUS DILAKUKAN
Duta Masyarakat, 08 September 2009
UPAYA MENJINAKKAN AIDS TERUS DILAKUKAN
Jurnal Science melansir kabar menggembirakan: antibodi HIV telah ditemukan. Seperti apa cara kerjanya? Mengapa pula WHO merekomendasikan sunat sebagai cara mencegah AIDS?
Seberapa peneliti di AS telah menemukan antibodi yang dapat mencegah virus HIV menggandakan diri di dalam tubuh dan mengakibatkan penyakit parah. Demikian dikatakan tim peneliti yang berpusat di Scripps Research Institute di La Jolla, Los Angeles.
Menurut para peneliti, antibodi yang sangat menetralkan itu dapat menghalangi tindakan banyak rangkaian HIV, virus yang bertanggung jawab atas AIDS.
“Temuan tersebut, hasil dari hampir dua dasawarsa pencarian sia-sia bagi satu vaksin guna menanggulangi virus AIDS, dapat menjadi kunci bagi pengembangan satu vaksin,” kata peneliti seperti disiarkan jurnal Science, akhir pekan lalu.
Para peneliti menyebut antibodi tersebut berpotensi digunakan sebagai perawatan bagi perawatan pasien yang terinfeksi dan mengembangkan penyakit parah. Antibodi itu mengincar satu bagian HIV yang selama ini tak dipertimbangkan oleh banyak peneliti yang berusaha menemukan vaksin.
Sasaran antibodi itu adalah bagian virus yang relatif stabil yang tidak terlibat dalam mutasi luas sehingga membuat HIV mampu meloloskan diri dari obat antivirus serta vaksin percobaan sebelumnya.
“Ini adalah pembukaan seluruh daerah baru ilmu pengetahuan,” kata Dr Seth F Barkley, Presiden dan Kepala Pelaksana “International AIDS Vaccine Iniative”, yang mendanai dan mengkoordinasikan penelitian itu, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.
Untuk menemukan antibodi yang menetralkan tersebut, para peneliti mengumpulkan contoh darah dari lebih 1.800 orang di Thailand, Australia dan Afrika yang telah terinfeksi HIV selama sedikitnya tiga tahun tanpa infeksi yang berlanjut jadi sakit parah. Orang-orang itu diduga sangat mungkin menghasilkan antibodi yang ikut-campur dalam perkembangbiakan virus tersebut.
Para peneliti itu akhirnya memisahkan dua antibodi, yang disebut PG9 dan PG16, dari seorang pasien berkebangsaan Afrika. Kedua antibodi tersebut mampu menghalangi kegiatan sebanyak tiga-perempat dari 162 rangkaian terpisah HIV mereka ujicoba lagi.
Para peneliti itu masih harus melewati jalan panjang untuk menghasilkan vaksin. Tapi mereka mungkin telah memiliki peta jalan ke arah dihasilkannya satu vaksin.
Tindakan preventif
Sebelumnya, hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.
Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS “International Congress on AIDS in Asia and the Pacific” (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, belum lama ini.
Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.
Menurut Zubairi, yang terpenting ke depan adalah implementasi sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.
“Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan,” katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua disunat, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga sunat.
Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi sunat diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.
Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan ke depan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.
Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok beresiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen.
Sumber: Duta Masyarakat
UPAYA MENJINAKKAN AIDS TERUS DILAKUKAN
Jurnal Science melansir kabar menggembirakan: antibodi HIV telah ditemukan. Seperti apa cara kerjanya? Mengapa pula WHO merekomendasikan sunat sebagai cara mencegah AIDS?
Seberapa peneliti di AS telah menemukan antibodi yang dapat mencegah virus HIV menggandakan diri di dalam tubuh dan mengakibatkan penyakit parah. Demikian dikatakan tim peneliti yang berpusat di Scripps Research Institute di La Jolla, Los Angeles.
Menurut para peneliti, antibodi yang sangat menetralkan itu dapat menghalangi tindakan banyak rangkaian HIV, virus yang bertanggung jawab atas AIDS.
“Temuan tersebut, hasil dari hampir dua dasawarsa pencarian sia-sia bagi satu vaksin guna menanggulangi virus AIDS, dapat menjadi kunci bagi pengembangan satu vaksin,” kata peneliti seperti disiarkan jurnal Science, akhir pekan lalu.
Para peneliti menyebut antibodi tersebut berpotensi digunakan sebagai perawatan bagi perawatan pasien yang terinfeksi dan mengembangkan penyakit parah. Antibodi itu mengincar satu bagian HIV yang selama ini tak dipertimbangkan oleh banyak peneliti yang berusaha menemukan vaksin.
Sasaran antibodi itu adalah bagian virus yang relatif stabil yang tidak terlibat dalam mutasi luas sehingga membuat HIV mampu meloloskan diri dari obat antivirus serta vaksin percobaan sebelumnya.
“Ini adalah pembukaan seluruh daerah baru ilmu pengetahuan,” kata Dr Seth F Barkley, Presiden dan Kepala Pelaksana “International AIDS Vaccine Iniative”, yang mendanai dan mengkoordinasikan penelitian itu, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.
Untuk menemukan antibodi yang menetralkan tersebut, para peneliti mengumpulkan contoh darah dari lebih 1.800 orang di Thailand, Australia dan Afrika yang telah terinfeksi HIV selama sedikitnya tiga tahun tanpa infeksi yang berlanjut jadi sakit parah. Orang-orang itu diduga sangat mungkin menghasilkan antibodi yang ikut-campur dalam perkembangbiakan virus tersebut.
Para peneliti itu akhirnya memisahkan dua antibodi, yang disebut PG9 dan PG16, dari seorang pasien berkebangsaan Afrika. Kedua antibodi tersebut mampu menghalangi kegiatan sebanyak tiga-perempat dari 162 rangkaian terpisah HIV mereka ujicoba lagi.
Para peneliti itu masih harus melewati jalan panjang untuk menghasilkan vaksin. Tapi mereka mungkin telah memiliki peta jalan ke arah dihasilkannya satu vaksin.
Tindakan preventif
Sebelumnya, hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.
Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS “International Congress on AIDS in Asia and the Pacific” (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, belum lama ini.
Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.
Menurut Zubairi, yang terpenting ke depan adalah implementasi sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.
“Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan,” katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua disunat, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga sunat.
Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi sunat diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.
Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan ke depan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.
Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok beresiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen.
Sumber: Duta Masyarakat
Langganan:
Postingan (Atom)