Selamat datang di RUMAH SUNAT AL IKHWAH BALI

"Jadikan hidup anda lebih bersih dan sehat"

Rumah Sunat Al Ikhwah Bali (circumcision specialistic in Denpasar Bali dengan hipnoanestesi)

Rumah Sunat Al Ikhwah berdiri pada bulan juli 2006 dan sampai sekarang masih berkhidmad di dalam pelayanan jasa khitan untuk wilayah Bali dan sekitarnya, bahkan pasien yang datang sampai dari makasar, irian jaya, kupang, lombok, jogjakarta, banyuwangi, jember, jakarta, medan dan surabaya. usia pasien yang di layani di RSAI sangat bervariatif, dari umur 0 tahun sampai 90 tahun sering di tangani, tentunya dalam masalah khitan ini tidak ada kata terlambat, umur berapapun bisa dan tidak ada permasalahan. dokter yang bertugas di RSAI adalah dokter yang khusus menangani khitan atau sunat (spesialistik di bidang sunat/khitan), sehingga dari segi pengalaman dan kualitas sudah tidak di ragukan lagi. Yang terbaru adalah kombinasi antara hipnosis sederhana dan anestesi dengan minimal rasa sakit "HIPNOANESTESI", dengan metode bius ini sunat menjadi semakin nyaman dan benar2 bisa tanpa rasa sakit atau minimal sekali rasa sakit (pada anak-anak yang sudah siap sunat secara psikologis). kedepan RSAI akan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan berbagai metode yang lebih canggih, cepat dan tepat untuk khitan atau sunat.

Arsip Blog

Kamis, 30 Maret 2017

Bocah 9 Tahun Kehilangan Penis karena Gagal Sunat

Oleh Fitri Syarifah pada 31 Des 2016, 14:18 WIB

Liputan6.com, Kuala Lumpur Seorang anak sembilan tahun harus kehilangan penisnya karena kecelakaan yang dialami selama sunat. Dokter terpaksa mengamputasi penisnya karena seorang ahli bedah lain lalai menjalankan tugasnya.

Pengacara di Kuala Lumpur mengklaim, paramedis sengaja mengiris kepala penis anak itu selama operasi. Nahas, ketika dokter bedah ingin menjahit penisnya kembali, kepala penisnya menghitam dan seluruh penisnya harus diamputasi, seperti dilaporkan New York Post.

Melansir laman Metro.co.uk, sabtu (31/12/2016), orangtua dari anak yang tidak disebutkan namanya itu kini meminta kompensasi untuk kesalahan fatal paramedis yang mengubah hidup anaknya. Ayahnya mengatakan, ia sedang berjuang untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan. Sedangkan sang ibu hanya bisa menahan tangis di depan anaknya.

"Dia (anak saya) bertanya, mengapa ibu bersedih? saya mencoba untuk mengendalikan tangis di depannya. Saya tidak bisa berpikir bagaimana hidupnya setelah ini," katanya.

Kini, sang anak telah dipindahkan ke rumah sakit lain untuk operasi penis lebih lanjut

Tidak ada komentar: