Selamat datang di RUMAH SUNAT AL IKHWAH BALI

"Jadikan hidup anda lebih bersih dan sehat"

Rumah Sunat Al Ikhwah Bali (circumcision specialistic in Denpasar Bali dengan hipnoanestesi)

Rumah Sunat Al Ikhwah berdiri pada bulan juli 2006 dan sampai sekarang masih berkhidmad di dalam pelayanan jasa khitan untuk wilayah Bali dan sekitarnya, bahkan pasien yang datang sampai dari makasar, irian jaya, kupang, lombok, jogjakarta, banyuwangi, jember, jakarta, medan dan surabaya. usia pasien yang di layani di RSAI sangat bervariatif, dari umur 0 tahun sampai 90 tahun sering di tangani, tentunya dalam masalah khitan ini tidak ada kata terlambat, umur berapapun bisa dan tidak ada permasalahan. dokter yang bertugas di RSAI adalah dokter yang khusus menangani khitan atau sunat (spesialistik di bidang sunat/khitan), sehingga dari segi pengalaman dan kualitas sudah tidak di ragukan lagi. Yang terbaru adalah kombinasi antara hipnosis sederhana dan anestesi dengan minimal rasa sakit "HIPNOANESTESI", dengan metode bius ini sunat menjadi semakin nyaman dan benar2 bisa tanpa rasa sakit atau minimal sekali rasa sakit (pada anak-anak yang sudah siap sunat secara psikologis). kedepan RSAI akan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan dan mengembangkan berbagai metode yang lebih canggih, cepat dan tepat untuk khitan atau sunat.

Arsip Blog

Selasa, 03 November 2009

UPAYA MENJINAKKAN AIDS TERUS DILAKUKAN

Duta Masyarakat, 08 September 2009

UPAYA MENJINAKKAN AIDS TERUS DILAKUKAN

Jurnal Science melansir kabar menggembirakan: antibodi HIV telah ditemukan. Seperti apa cara kerjanya? Mengapa pula WHO merekomendasikan sunat sebagai cara mencegah AIDS?

Seberapa peneliti di AS telah menemukan antibodi yang dapat mencegah virus HIV menggandakan diri di dalam tubuh dan mengakibatkan penyakit parah. Demikian dikatakan tim peneliti yang berpusat di Scripps Research Institute di La Jolla, Los Angeles.

Menurut para peneliti, antibodi yang sangat menetralkan itu dapat menghalangi tindakan banyak rangkaian HIV, virus yang bertanggung jawab atas AIDS.

“Temuan tersebut, hasil dari hampir dua dasawarsa pencarian sia-sia bagi satu vaksin guna menanggulangi virus AIDS, dapat menjadi kunci bagi pengembangan satu vaksin,” kata peneliti seperti disiarkan jurnal Science, akhir pekan lalu.

Para peneliti menyebut antibodi tersebut berpotensi digunakan sebagai perawatan bagi perawatan pasien yang terinfeksi dan mengembangkan penyakit parah. Antibodi itu mengincar satu bagian HIV yang selama ini tak dipertimbangkan oleh banyak peneliti yang berusaha menemukan vaksin.

Sasaran antibodi itu adalah bagian virus yang relatif stabil yang tidak terlibat dalam mutasi luas sehingga membuat HIV mampu meloloskan diri dari obat antivirus serta vaksin percobaan sebelumnya.

“Ini adalah pembukaan seluruh daerah baru ilmu pengetahuan,” kata Dr Seth F Barkley, Presiden dan Kepala Pelaksana “International AIDS Vaccine Iniative”, yang mendanai dan mengkoordinasikan penelitian itu, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.

Untuk menemukan antibodi yang menetralkan tersebut, para peneliti mengumpulkan contoh darah dari lebih 1.800 orang di Thailand, Australia dan Afrika yang telah terinfeksi HIV selama sedikitnya tiga tahun tanpa infeksi yang berlanjut jadi sakit parah. Orang-orang itu diduga sangat mungkin menghasilkan antibodi yang ikut-campur dalam perkembangbiakan virus tersebut.

Para peneliti itu akhirnya memisahkan dua antibodi, yang disebut PG9 dan PG16, dari seorang pasien berkebangsaan Afrika. Kedua antibodi tersebut mampu menghalangi kegiatan sebanyak tiga-perempat dari 162 rangkaian terpisah HIV mereka ujicoba lagi.

Para peneliti itu masih harus melewati jalan panjang untuk menghasilkan vaksin. Tapi mereka mungkin telah memiliki peta jalan ke arah dihasilkannya satu vaksin.

Tindakan preventif

Sebelumnya, hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.

Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS “International Congress on AIDS in Asia and the Pacific” (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, belum lama ini.

Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.

Menurut Zubairi, yang terpenting ke depan adalah implementasi sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.

“Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan,” katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua disunat, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga sunat.

Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi sunat diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.

Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan ke depan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.

Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok beresiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen.

Sumber: Duta Masyarakat

Tidak ada komentar: